ANALISIS PUISI "SAJAK HATI
IBU" KARYA DINDA AYU LAILIA FITRI BERDASARKAN
STRATA NORMA
Nama : Bagas Yudha Prawira
NIM : 180210402099
SAJAK HATI IBU
Karya: Dinda Ayu Lailia Fitri
Selalu
kuingat lembut senyum tersuguh
Alunan kasih
sayang membalut tubuh
Jemari halus
membelai manja
Antarkan
diri dalam dekapan cinta
Kasihmu
bertaburan di langit malam
Hangatkan
diri dari kisah kasih kelam
Andai waktu
dapat diatur dan diubah
Takkan ku
biarkan kau berpaut dalam lelah
Ibu..
Ibarat embun
pagi pelepas dahaga hati
Bagai
selaksa bunga warnai musim semi
Untukmu
kasih sayangku
tak
terhingga ditelan waktu
Analisis
puisi berdasarkan strata norma
1. Lapis Suara
Puisi ini memiliki pola suara yang hampir sama di setiap larik per
baitnya. Setiap bait puisi ini selalu menyamakan pengakhiran suara di larik
pertama dan kedua, pembedaan ada di larik ketiga dan keempat namun larik ketiga
dan keempat pengakhirannya juga sama. Pada bait 1 larik pertama dan kedua
menggunakan pola aliterasi yang diakhiri dengan bunyi fonem h yaitu tersuguh dan tubuh dan pada larik kedua
dan ketiga bait 1 menggunakan pola asonansi dengan bunyi vocal a yaitu manja dan cinta. Sedangkan pada bait kedua, setiap larik diakhiri dengan pola
aliterasi, hanya saja aliterasi pada larik 1 dan 2 berbeda dengan aliterasi
pada larik 3 dan 4. Pada larik 1 dan 2 diakhiri dengan bunyi fonem m yaitu malam dan kelam, sedangkan pada larik 3 dan 4 diakhiri dengan bunyi fonem h yaitu diubah dan lelah. Bait
ketiga merupakan kebalikan dari bait kedua. Bait ketiga selalu mengakhiri
dengan asonansi. Kata Ibu di bait ketiga merupakan pengantar untuk membawa
penikmat puisi ini ke perumpamaan yang diutarakan penyair. Larik 1 dan 2 bait
ketiga ini menggunakan asonansi dengan bunyi fonem i yaitu hati dan semi, sedangkan larik 3 dan 4 menggunakan
asonansi dengan bunyi fonem u yaitu sayangku
dan waktu
2. Lapis Arti
Pada bait pertama, penyair menggambarkan bahwa orang yang dimaksud
di dalam puisi itu sedang menikmati kenangan yang pernah diberikan oleh Ibunya.
Diawali dengan Selalu kuingat senyum
lembut tersuguh, ini berarti seseorang yang ada di dalam puisi itu memiliki
ingatan yang membekas tentang seperti apa senyum Ibunya itu. Setelah larik
pengantar ini, penyair melanjutkan kenangan yang telah diberikan Ibunya berupa
kasih saying yang semakin ditekankan melalui larik Jemari halus membelai manja. Hal inilah yang bias menciptakan
suasana cinta seorang Ibu yang ditulis oleh penyair dengan larik antarkan diri dalam dekapan cinta.
Pada bait kedua seseorang itu merasa bahwa apa yang diberikan ibu
kepadanya itu sangatlah istimewa. Hal ini digambarkan di larik kedua dan ketiga
bahwa kasih ibu itu bertaburan di langit malam dan bisa menghangatkan jiwa
orang itu juga. Sehingga orang yang dimaksud di dalam puisi itu ingin membalas
budi kepada ibunya. Jelas tergambar di larik 3 dan 4 bahwa apabila waktu bisa
diputar kembali maka dia tidak akan membiarkan ibunya itu bergaul dengan rasa
lelah
Pada bait ketiga merupakan bait yang berisi pengandaian betapa
mulianya sosok Ibu. Jelas tergambar pada larik kedua dan ketiga, bahwa
pengandaian ibu dengan bunga dan embun merupakan pengandaian yang mulia karena
itu merupakan simbol keindahan dan kesejukan. Larik ketiga dan keempat
merupakan penguat betapa mulianya Ibu itu, bahwa kasih saying yang diberikan
oleh Ibu tidak akan habis ditelan waktu
3. Lapis Objek
Pada lapis objek menimbulkan latar suasana yang dikemukakan oleh
pengarang yaitu suasa haru. Pada puisi tersebut banyak pengandaian betapa
mulianya Ibu itu beserta apa yang telah diberikan kepada anaknya. Dunia
pengarang menekankan pada pengalaman dunianya dalam hal kasih saying Ibu.
Seseorang yang digambarkan di dalam puisi ini mempunyai rasa cinta yang besar
kepada Ibunya dan dia sangat memuliakannya. Kecintaan orang yang ada pada puisi
tersebut tergambar pada tiap baris pada puisi. Setiap baris pada puisi ini
selalu meninggikan derajat Ibu dengan pengandaian-pengandaian yang sangat
mulia.
4. Lapis Dunia
Lapis dunia pada puisi ini dapat diketahui melalui penggambaran
penyair dalam bait 1 yang juga dialami oleh setiap orang. Yaitu mengenai
kebaikan Ibu yang seringkali dengan murah hati menyebarkan senyum kepada
anak-anaknya. Kebaikan lain juga tergambar pada kelembutan Ibu dalam
memperlakukan kita. Bahkan selain yang digambarkan oleh penyair, sebenarnya
kebaikan Ibu itu masih banyak dan tak terbatas
5. Lapis Metafisis
Lapis metafisis yang ada di puisi ini sangatlah jelas. Puisi ini
menguatkan pada kasih sayang Ibu. Ibu merupakan sosok yang sangat mulia, tidak
ada batasan mengenai apa yang telah diberikan Ibu kepada anaknya. Maka, sudah
semestinya bahwa sebagai anak harus memuliakan setinggi tingginya terhadap
sosok Ibu. Sebagai anak juga harus berusaha untuk bisa membalas kebaikan Ibu
dan selalu mengingat bahwa kasih sayang Ibu itu tak terhingga sepanjang waktu.
Dengan hal ini, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati seorang Ibu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar