Senin, 11 November 2019

ANALISIS PUISI "SAJAK HATI IBU" KARYA DINDA AYU LAILIA FITRI BERDASARKAN STRATA NORMA


ANALISIS PUISI "SAJAK HATI IBU" KARYA DINDA AYU LAILIA FITRI BERDASARKAN STRATA NORMA 

Nama              : Bagas Yudha Prawira
NIM                : 180210402099

SAJAK HATI IBU
Karya: Dinda Ayu Lailia Fitri

Selalu kuingat lembut senyum tersuguh
Alunan kasih sayang membalut tubuh
Jemari halus membelai manja
Antarkan diri dalam dekapan cinta

Kasihmu bertaburan di langit malam
Hangatkan diri dari kisah kasih kelam
Andai waktu dapat diatur dan diubah
Takkan ku biarkan kau berpaut dalam lelah

Ibu..
Ibarat embun pagi pelepas dahaga hati
Bagai selaksa bunga warnai musim semi
Untukmu kasih sayangku
tak terhingga ditelan waktu

Analisis puisi berdasarkan strata norma
1.      Lapis Suara
Puisi ini memiliki pola suara yang hampir sama di setiap larik per baitnya. Setiap bait puisi ini selalu menyamakan pengakhiran suara di larik pertama dan kedua, pembedaan ada di larik ketiga dan keempat namun larik ketiga dan keempat pengakhirannya juga sama. Pada bait 1 larik pertama dan kedua menggunakan pola aliterasi yang diakhiri dengan bunyi fonem h yaitu tersuguh dan  tubuh dan pada larik kedua dan ketiga bait 1 menggunakan pola asonansi dengan bunyi vocal a yaitu manja dan cinta. Sedangkan pada bait kedua, setiap larik diakhiri dengan pola aliterasi, hanya saja aliterasi pada larik 1 dan 2 berbeda dengan aliterasi pada larik 3 dan 4. Pada larik 1 dan 2 diakhiri dengan bunyi fonem m yaitu malam dan kelam, sedangkan pada larik 3 dan 4 diakhiri dengan bunyi fonem h yaitu diubah dan lelah. Bait ketiga merupakan kebalikan dari bait kedua. Bait ketiga selalu mengakhiri dengan asonansi. Kata Ibu di bait ketiga merupakan pengantar untuk membawa penikmat puisi ini ke perumpamaan yang diutarakan penyair. Larik 1 dan 2 bait ketiga ini menggunakan asonansi dengan bunyi fonem i yaitu hati dan  semi, sedangkan larik 3 dan 4 menggunakan asonansi dengan bunyi fonem u yaitu sayangku dan waktu
2.      Lapis Arti
Pada bait pertama, penyair menggambarkan bahwa orang yang dimaksud di dalam puisi itu sedang menikmati kenangan yang pernah diberikan oleh Ibunya. Diawali dengan Selalu kuingat senyum lembut tersuguh, ini berarti seseorang yang ada di dalam puisi itu memiliki ingatan yang membekas tentang seperti apa senyum Ibunya itu. Setelah larik pengantar ini, penyair melanjutkan kenangan yang telah diberikan Ibunya berupa kasih saying yang semakin ditekankan melalui larik Jemari halus membelai manja. Hal inilah yang bias menciptakan suasana cinta seorang Ibu yang ditulis oleh penyair dengan larik antarkan diri dalam dekapan cinta.
Pada bait kedua seseorang itu merasa bahwa apa yang diberikan ibu kepadanya itu sangatlah istimewa. Hal ini digambarkan di larik kedua dan ketiga bahwa kasih ibu itu bertaburan di langit malam dan bisa menghangatkan jiwa orang itu juga. Sehingga orang yang dimaksud di dalam puisi itu ingin membalas budi kepada ibunya. Jelas tergambar di larik 3 dan 4 bahwa apabila waktu bisa diputar kembali maka dia tidak akan membiarkan ibunya itu bergaul dengan rasa lelah
Pada bait ketiga merupakan bait yang berisi pengandaian betapa mulianya sosok Ibu. Jelas tergambar pada larik kedua dan ketiga, bahwa pengandaian ibu dengan bunga dan embun merupakan pengandaian yang mulia karena itu merupakan simbol keindahan dan kesejukan. Larik ketiga dan keempat merupakan penguat betapa mulianya Ibu itu, bahwa kasih saying yang diberikan oleh Ibu tidak akan habis ditelan waktu
3.      Lapis Objek
Pada lapis objek menimbulkan latar suasana yang dikemukakan oleh pengarang yaitu suasa haru. Pada puisi tersebut banyak pengandaian betapa mulianya Ibu itu beserta apa yang telah diberikan kepada anaknya. Dunia pengarang menekankan pada pengalaman dunianya dalam hal kasih saying Ibu. Seseorang yang digambarkan di dalam puisi ini mempunyai rasa cinta yang besar kepada Ibunya dan dia sangat memuliakannya. Kecintaan orang yang ada pada puisi tersebut tergambar pada tiap baris pada puisi. Setiap baris pada puisi ini selalu meninggikan derajat Ibu dengan pengandaian-pengandaian yang sangat mulia.
4.      Lapis Dunia
Lapis dunia pada puisi ini dapat diketahui melalui penggambaran penyair dalam bait 1 yang juga dialami oleh setiap orang. Yaitu mengenai kebaikan Ibu yang seringkali dengan murah hati menyebarkan senyum kepada anak-anaknya. Kebaikan lain juga tergambar pada kelembutan Ibu dalam memperlakukan kita. Bahkan selain yang digambarkan oleh penyair, sebenarnya kebaikan Ibu itu masih banyak dan tak terbatas
5.      Lapis Metafisis
Lapis metafisis yang ada di puisi ini sangatlah jelas. Puisi ini menguatkan pada kasih sayang Ibu. Ibu merupakan sosok yang sangat mulia, tidak ada batasan mengenai apa yang telah diberikan Ibu kepada anaknya. Maka, sudah semestinya bahwa sebagai anak harus memuliakan setinggi tingginya terhadap sosok Ibu. Sebagai anak juga harus berusaha untuk bisa membalas kebaikan Ibu dan selalu mengingat bahwa kasih sayang Ibu itu tak terhingga sepanjang waktu. Dengan hal ini, maka tidak ada alasan untuk tidak menghormati seorang Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar