ANALISIS
PUISI KARYA FARIS AL FAISAL
(KAJIAN
SEMIOTIK)
Bagas Yudha Prawira,
Gempar Indra Waspada
Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37,
Jember 68121
E-mail: bagasyudha354@gmail.com, gemparindra13@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Analisis
Puisi Karya Faris Al Faisal (Kajian Semiotik)”. Masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana studi semiotika dalam koleksi puisi karya Faris Al Faisal.
Tujuan dari penelitian yang dijelaskan dalam kumpulan ikon puisi karya Faris Al
Faisal, dan menggambarkan simbol-simbol dalam koleksi puisi karya Faris Al
Faisal. Dan kemudian, penelitian ini akan meningkatkan makna dalam puisi untuk
siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Semua tanda di koleksi
puisi karya Faris Al Faisal akan dijelaskan secara rinci. Pada hasil analisis
ditemukan bahwa ikon dalam koleksi puisi karya Faris Al Faisal ditemukan ada
tiga belas data data, dan simbol dalam puisi karya Faris Al Faisal dan
kawan-kawan ada sembilan data.
ABSTRACT
This study is entitled "Analysis
of Poetry by Faris Al Faisal (Semiotic Study)". The problem in this
research is how to study semiotics in the collection of poetry by Faris Al
Faisal. The purpose of the research is explained in a collection of poetry
icons by Faris Al Faisal, and describing the symbols in the poetry collection
by Faris Al Faisal. And then, this research will increase the meaning in poetry
for students. The method used is descriptive method. All signs in the poetry
collection by Faris Al Faisal will be explained in detail. In the analysis it
was found that the icons in the poetry collection by Faris Al Faisal found
thirteen data data, and the symbols in the poetry by Faris Al Faisal and
friends there were nine data.
A. Pendahuluan
Karya
sastra merupakan sarana yang digunakan untuk melukiskan keadaan yang terjadi di
masyarakat. Karya sastra juga merupakan penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan
dirasakan oleh pengarang mengenai kehidupan manusia. Pengarang ingin berupaya
untuk mendokumentasikan zaman dan sebagai alat komunikasi antara pengarang dan
pembacanya. Membaca karya sastra, pembaca akan mendapatkan wawasan dan
kesenangan yang diberikan oleh karya sastra itu yang berupa keindahan dan
pengalaman jiwa yang bernilai tinggi.
Karya
sastra diciptakan seakan-akan memperolok kehidupan
melalui kemahiran seorang pengarang melalui bahasa yang digunakan. Oleh karena
itu, seorang pengarang karya sastra sangat sensitif dan peka terhadap
perkembangan zaman. Pengarang tanggap terhadap perkembangan situasi yang sering
menindas. Tanpa kreativitas seorang pengarang, tidak mungkin suatu karya sastra
yang bermutu dapat diperoleh.
Karya
sastra sebagai karya yang bersifat imajinatif, terbagi ke dalam tiga jenis
genre sastra, yaitu drama, prosa, dan puisi. Drama adalah cerita atau tiruan
perilaku manusia yang dipentaskan. Prosa atau juga disebut fiksi merupakan
cerita khayalan. Sedangkan puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh
jumlah baris dan bait, dengan bahasa yang singkat dan padat. Dalam hal ini,
puisi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa atau rangkaian kata
sebagai mediumnya, dan mempunyai arti dan makna.
Puisi
adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta
penyusunan larik dan bait (Suprapto, 1993:65). Bahasa puisi selalu meninggalkan
kesan rasa dan daya tanggap oleh pembacanya. Di dalam puisi, pembaca akan
menemui sesuatu yang merupakan kekayaan pengalaman batin pengarang yang
disampaikan lewat puisi yang diciptakan. Melalui puisi, pembaca dapat melihat
jalan pikiran pengarang dan emosi yang hendak ditimbulkan oleh pengarang.
Puisi
merupakan karya sastra yang memiliki susunan kata-kata terbaik. Puisi memiliki
sistem tanda yang bertugas sebagai alat komunikasi antarmanusia. Semiotik
merupakan ilmu untuk mengetahui tentang sistem tanda dan makna yang terkandung
di dalamnya. Menganalisis puisi menggunakan kajian semiotik, berarti mengungkap
tanda dan akan memahami makna dari puisi.
Tanda
mempunyai dua aspek yaitu penanda dan petanda. Tanda tidak hanya satu macam,
tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan penanda dan petandanya. Jenis-jenis
tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol. Suwardi Endraswara (2013:41)
menjelaskan bahwa ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang
bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan sebab
akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Sedangkan simbol
adalah tanda yang menunjukkan tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan
petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer.
Puisi
merupakan bagian dari karya sastra. Puisi adalah karya sastra yang berciri
mantra, rima, tanpa rima, ataupun kombinasi kedua-duanya (Depdiknas, 2003:125).
Sejalan dengan itu, Suprapto (1993:65) mengemukakan bahwa puisi adalah ragam
sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta penyusunan larik
dan bait. Sementara itu, Teeuw (dalam Musfeptial, 2005:1) mengatakan bahwa
puisi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan
pembaharuaan (inovasi).
Puisi
adalah hasil luapan perasaan. Slamet Mulyani (dalam Atar Semi, 2002:93)
mengatakan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang
telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat
pengalamannya, tersususun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk.
Puisi merupakan ragam sastra yang memiliki bentuk karangan dari luapan perasaan
yang imajinatif, terikat oleh jumlah baris dan bait,dan menggunakan bahasa yang
singkat dan padat.
B. Kajian Semiotik
Suwardi
(2013:36) mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu untuk mengetahui tentang sistem
tanda, konvensi-konvensi yang ada dalam komunikasi dan makna yang terkandung di
dalamnya. Semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas
sebagai tanda-tanda. Hal ini, tentu saja tanda-tanda tersebut telah ditata oleh
pengarang sehingga ada sistem dan aturan-aturan tertentu yang dimengerti oleh
peneliti.
Menurut
Segers (dalam Sangidu, 2004:173) mengatakan bahwa semiotik merupakan suatu
disiplin yang meneliti semua bentuk komunikasi selama komunikasi itu
dilaksanakan dengan menggunakan tanda yang didasarkan pada sistem-sistem tanda
atau kodekode. Penelitian semiotik perlu memperhatikan tiga hal, yaitu
displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan
arti), dan creating of meaning (penciptaan arti). Uraian tersebut dapat
disimpulkan bahwa semiotik adalah cabang ilmu yang mengungkap dan mengkaji tentang
sistem tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, serta
mempelajari fenomena sosial-budaya. Di dalam puisi banyak sistem tanda yang
dapat diungkap untuk mendapatkan makna dalam puisi.
Peirce
(dalam Nur Sahid, 2004:5) mengatakan bahwa tanda mengacu kepada sesuatu yang
disebut objek. Nyoman Kutha Ratna (2008:101) mengungkapkan bahwa objek adalah
apa yang diacu, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Melalui perantaraan tandatanda
manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman
yang lebih baik terhadap dunia. Lampu merah dipersimpangan jalan tidak
dimaksudkan untuk berpikir mengenai warna merah, tetapi untuk berhenti. Teks
sastra secara keseluruhan terdiri atas ciri-ciri tersebut. Kota Jakarta dalam
sebuah novel misalnya, tidak secara keseluruhan menunjuk pada ibu kota Negara
Republik Indonesia, sebagai tanda, sesuatu yang lain yang diwakilinya,
diantaranya simbol kekuasaan, korupsi, prostitusi dan sebagainya.
Jenis-jenis
tanda adalah ikon, indeks, simbol. Pierce (dalam Suwardi Endraswara, 2008:65)
mengemukakan ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan
ditandakan adalah ikon, indeks dan simbol. Sementara itu, Jabrohim (2014:91)
menjelaskan bahwa jenisjenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol.
Sejalan dengan itu, jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol
(Rachmad Djoko Pradopo, 2013:120). Ikon merupakan tanda yang menunjukkan
kesamaan. Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) menjelaskan bahwa ikon adalah tanda
yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya, foto
dengan orang yang difoto atau peta dengan geografisnya. Sejalan dengan itu,
Jabrohim (2014:91) mengungkapkan bahwa ikon adalah tanda yang menunjukkan
adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan
itu adalah hubungan persamaan .Nur Sahid (2004:6) memaparkan bahwa ikon dibagi
menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1.
Ikon topologis, yakni tanda yang mengacu pada kemiripan spasial. Misalnya,
peta.
2.
Ikon diagramatik, yakni tanda yang memiliki kemiripan relasional. Dalam tanda
memperlihatkan hubungan antara unsur-unsur yang diacu. Misalnya, tempat duduk
yang diatur sesuai dengan kedudukan.
3.
Ikon metaforis, yakni ikon yang tidak menunjukkan kemiripan antara tanda dengan
acuannya, yang mirip bukanlah tanda dengan acuannya, melainkan antara dua acuan
yang diacu oleh tanda yang sama. Misalnya, binatang kancil (acuan langsung) dan
pada manusia yang cerdik (acuan tak langung).
Indeks
merupakan tanda yang mengacu pada kenyataan. Pierce (dalam Suwardi, 2008:65)
mengatakan bahwa indeks adalah tanda yang mengandung hubungan kausal dengan apa
yang ditandakan. Nur Sahid (2004:6) menjelaskan bahwa indeks adalah tanda yang
dengan acuannya mempunyai kedekatan eksistensi. Contoh, hari mendung menjadi
tanda akan hujan. Simbol bersifat arbiter (semau-maunya). Pierce (dalam
Suwardi, 2008:65) mengungkapkan bahwa simbol adalah tanda yang memiliki
hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi
suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya, bendera putih sebagai simbol ada
kematian. Bahasa adalah simbol paling lengkap yang digunakan sehari-hari oleh
manusia untuk berkomunikasi.
C. Metode Penelitian
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah kumpulan puisi kedaulatan rakyat 2019, puisi milik Faris Al Faisal. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah
teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah
karya sastra. Penelaahan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bagian-bagian
yang menjadi objek penelitian.
D. Pembahasan
Merah Eforbia
Kaulah bunga itu.
Selengkung warna
Merah eforbia.
Tumbuh dengan getah susu
Merawat sepokok
rindu.
Di bukit dan batu.
Di pekarangan sunyi
Para penyair.
Larik-larik sajak mekar dan gugur
Dalam lingkar
matamu.
Seikat hujan yang
kauhimpun. Jalanan hijau
Melukis horizon.
Makin jauh pergi burung-burung
Ke kota-kota tua
ia bersarang.
Matahari telah
rembang kepada petang
Kita nyalakan api
kecil
Air mata kita
hapus dengan mimpi
Pada sebuah
bantal. Di sana kepala direbahkan
Dan rembulan yang
kaupeluk
Mengujiku apakah
aku masih punya cemburu
Indramayu
2019
Batu dan Lumut
Akulah batu
Dan kaulah lumut
Telah berkali
hujan tumpah
Tubuh pun basah
Bertahun bertahan
Deru debu dan
panas membakar
Tak ada penyesalan
Rindu setia di
senyuman
Perlahan kita pun
lapuk
Namun bahagia
telah direguk
Indramayu,
2019
Buah Ceri
Tatapanmu adalah
awal musim semi
Mekar di
tangkai-tangkai buah ceri
Hari pun lebih
menyala
Gigitlah angin
yang berjalan semilir
Biarkan tangannya
membelai
Gerai duka disisir
lembut jemari
Sebagai keindahan
yang diabadikan alam
Kita memetik
merahnya senja di pohon
Menyusun kembali
patahan ranting kering
Indramayu,
2019
1.
Analisis Ikon pada Kumpulan Puisi Karya Faris Al
Faisal
Analisis
ikon metaforis pada puisi karya Faris Al Faisal ada 11 data. Pada puisi Merah Eforbia ada 4 data,
pada puisi Batu dan Lumut ada 4 data, dan pada puisi Buah Ceria da 3 data. Pada
puisi Merah Eforbia terdapat pada kalimat “kaulah bunga itu” Pada kata bunga
merujuk pada larik ke dua yaitu kalimat “merah eforbia”. Kata bunga pada larik
pertama merujuk ke dalam frasa merah eforbia. Melalui rujukan frasa ini arti
dari bunga dapat diketahui. Bunga pada larik ini dapat dimaknai keindahan,
sebab rujukannya adalah bunga eforbia. Sebelum kata bunga adalah kata kaulah.
Kata kaulah tentu berkaitan dengan kata bunga, sehingga menghasilkan makna
kaulah keindahan yang dimaksudkan itu.
Pada
puisi Batu dan Lumut terdapat dalam larik keenam, yaitu “deru berdebu panas
membakar. Debu dan panas merupakan materi yang menerpa batu dan lumut ketika
berada di alam bebas. Melalui fakta ini, debu dan panas yang ada di dalam puisi
ini bermakna rintangan/hambatan yang orang hadapi. Kalimat selanjutnya yaitu
menjadi penyambung dahaga. Pada larik kesembilan terdapat kata lapuk. Definisi
lapuk adalah keadaan material seperti batu, kayu, dan material lain yang dalam
usianya sudah tua sehingga rapuh. Sehingga, lapuk pada puisi ini menunjukkan
usia yang sudah tua.
Larik
pertama dari puisi Buah Ceri yaitu “tatapanmu adalah awal musim semi”. Awal
musim semi merupakan simbol kehangatan. Kehangatan yang ada di musim semi
merupakan kehangatan yang memberikan kenyamanan. Dalam hal ini berarti tatapan
yang dimaksud di dalam puisi Buah Ceri itu memberikan kehangatan kepada
siapapun yang dikenainya.
2.
Analisis Indeks pada Kumpulan Puisi Karya Faris Al
Faisal
Indeks
yang digunakan dalam puisi karya Faris Al Faisal ada empat data. Terdapat pada
puisi yang berjudul Merah Eforbia. Pada kalimat “merah eforbia. Tumbuh dengan
getah susu” ini mengandung fakta alamiah, sebab jaringan xylem dari bunga
eforbia memang menggeluarkan eksudat putih atau yang disebut dengan getah susu
putih agak kental/milky sap. Setelah itu ada larik yang isinya ”di bukit dan
batu. Pekarangan sunyi” juga merupakan fakta ilmiah bahwa seperti itulah lokasi
hidup bunga eforbia.
Pada
puisi batu dan lumut larik kesembilan yang isinya “perlahan kita pun lapuk’
,menunjukann bahwa material apapun apabila seringkali dikenai hambatan di dalam
hidupnya. Material yang dikenai material
air debu dan panas secara terus menerus akan membuat material itu menjadi
lapuk.
Larik
kedua puisi Buah Ceri yaitu “Tatapanmu adalah awal musim semi; Mekar di
tangkai-tangkai buah ceri” merupakan kondisi real ketika musim semi bunga-bunga akan bermekaran.
3.
Analisis Simbol pada Kumpulan Puisi Karya Faris Al
Faisal
Simbol
yang digunakan dalam puisi karya Faris Al Faisal ada 2 data. Terdapat pada
puisi yang berjudul Merah Eforbia larik kesepuluh. Larik “matahari telah
rembang kepada petang”, petang berarti waktu yang dimaksud pada puisi itu.
Adanya kata matahari semakin menspesifikkan makna waktu yang dimaksud yaitu
waktu sore hari yang akhir. Pada puisi Buah Ceri yaitu pada larik “kita memetik
merahnya senja di pohon”. Merah merupakan penunjukan warna yang dimaksud.
Adapun kata senja setelah itu memberikan penyempitan kepada pemilihan warna
yang dimaksud. Warna yang dimaksud adalah merah senja atau jingga.
E. Simpulan
Semiotika berhubungaan erat dengan bidang
linguistik yang sebagian mempelajari struktur serta juga makna bahasa yang
lebih spesifik. Semiotik
adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda. Hal
ini, tentu saja tanda-tanda tersebut telah ditata oleh pengarang sehingga ada sistem dan aturan-aturan tertentu yang
dimengerti oleh peneliti.
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Sumber data dalam
penelitian ini adalah kumpulan puisi pada web kliping sastra Indonesia 2019,
puisi milik Faris Al Faisal. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik
studi dokumenter. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya
sastra. Penelaahan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bagian-bagian yang
menjadi objek pembahasan.
Semua tanda di koleksi puisi karya Faris Al Faisal akan dijelaskan
secara rinci. Pada hasil analisis ditemukan bahwa ikon dalam koleksi puisi karya
Faris Al Faisal ditemukan ada sebelas data, indeks
empat data dan simbol dua data.
Daftar Pustaka
Aminuddin.
2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Nurgiyantoro,
B. (2010). Penilaian Pembelajaran Sastra
Berbasis Kompetensi. Yogyakarta:
BPFE
Purba,
A. (2010). Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta. USUpress.
Asriningsari,
A., & Umaya, N. (200). Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra. (diakses pada tanggal 18 Desember 2019)
https://id.klipingsastra.com/2019/04/putik-magnolia-dan-duka.html (diakses
pada tanggal 18 Desember 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar