Sabtu, 06 April 2024

Aksi Nyata Topik 3 Perspektif Sosiokultural Pendidikan Indonesia

Aksi Nyata Topik 3 Perspektif Sosiokultural Pendidikan Indonesia

Bagas Yudha Prawira (250211105868)

Mulai dari diri menyajikan video keadaan pendidikan di wilayah perkebunan dengan mayoritas masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan sarana prasarana sekolah yang kurang memadai. Namun keterbatasan tersebut tidak menyurutkan semangat dari warga setempat untuk memperbaiki kondisi pendidikan di wilayah tersebut. Video ini memberikan gambaran kecil bahwa pembelajaran selanjutnya mungkin akan membahas fenomena serupa. Sebab, tidak menutup kemungkinan bagi calon pendidik professional akan diterjunkan ke wilayah dengan fenomena serupa. Wilayah dengan keadaan masyarakat menengah ke bawah namun masih semangat untuk memperbaiki pendidikan di wilayahnya.

Topik ini membahas mengenai Sosio-Economic Status atau biasa disebut SES. SES merupakan cara mengelompokkan individu berdasarkan keadaan ekonomi dan status sosialnya. Pada konteks ini, pengaplikasian SES dapat dilakukan pada peserta didik sesuai dengan latar belakang sosial ekonominya. SES juga diklasifikasikan menjadi tiga yaitu SES tinggi, SES menengah, dan SES rendah. Adanya konsep ini dikenalkan kepada calon pendidik sebab SES peserta didik sangat berpengaruh terhadap pembelajaran baik dalam ruang lingkup peserta didik, ruang lingkup sekolah, maupun ruang lingkup yang lebih luas lagi. Misalnya, kualitas pendidikan pada sekolah dengan peserta didik yang rata-rata SESnya tinggi jauh lebih unggul daripada sekolah dengan peserta didik yang rata-rata SESnya rendah. Baik itu dalam segi prestasi, kualitas pembelajaran, sarana prasarana, dan berbagai aspek lainnya. Konsep ini diberikan kepada calon pendidik sebagai bekal sebelum ditempatkan di berbagai wilayah pendidikan. Pendidik harus siap ditempatkan di berbagai wilayah pendidikan, baik itu wilayah dengan SES yang tinggi maupun yang rendah. Pendidik juga harus siap dengan segala rencana pembelajarannya apabila ditempatkan di daerah dengan SES tinggi maupun SES rendah.

Melalui ruang kolaborasi, kami mempelajari lebih lanjut tentang bahan ajar, kesiapan mengajar, asesmen pembelajaran, dan kecakapan mengajar guru itu sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dalam perspektif sosiokultural. Guru perlu memperhatikan bahan ajar yang akan diberikan, sebab setiap bahan ajar tidak mempunyai potensi yang sama untuk dikembangkan berdasarkan latar belakang peserta didik. Selanjutnya terkait kesiapan mengajar, guru harus melakukan monitoring secara berkala terhadap kesiapan belajar guru maupun peserta didik. Aspek ini sudah dipersiapkan sejak perancangan sebab faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dapat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya yaitu asesmen, guru harus memperhatikan keadaan sosiokultural siswa dalam menyusun asesmen. Potensi siswa tidak bisa dipukul rata dengan menguntungkan salah satu potensi. Perumpamaannya seperti seorang pawang hewan yang melaksanakan ujian pada berbagai jenis hewan untuk memanjat pohon, tentu saja akan ada hewan yang diuntungkan dan dirugikan. Terakhir yaitu guru perlu melengkapi diri dengan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang baik tentang isu-isu sosial, budaya, ekonomi dan politik. Kecakapan itu digunakan untuk menciptakan pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai perspektif sosiokultural siswa.

Tahap demonstrasi kontekstual juga mempertajam pemahaman kami melalui berbagai perbedaan pendapat yang saling melengkapi. Persamaan pandangan berupa akses pendidikan dan relevansi dalam pembelajaran itu berpengaruh terhadap proses pendidikan. Pengaruh tersebut merujuk pada seluruh aspek (sosial, budaya, ekonomi, dan politik) yang dapat mempengaruhi akses terhadap pendidikan. Misalnya, aspek ekonomi dapat menjadi faktor penghambat dalam memperoleh akses pendidikan bagi keluarga kurang mampu. Relevansi dalam pembelajaran merujuk pada berbagai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem pendidikan demi pelaksanaan pendidikan yang lebih baik. Pandangan yang berbeda ditemukan pada fokus dan dampak ragam perspektif dalam pendidikan serta implementasinya dalam pembelajaran. Setiap aspek (sosial, budaya, ekonomi, dan politik) memiliki fokus dan dampak yang berbeda dalam pembelajaran. Misalnya, faktor ekonomi dapat memengaruhi kesenjangan akses pendidikan, berbeda dengan faktor politik yang dapat memengaruhi kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan tentang implementasi dalam pembelajaran, setiap guru perlu memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek, seperti faktor budaya, ekonomi, agama, dan politik, untuk memberikan layanan bimbingan yang sesuai dengan tujuan. Sehingga implementasi tidak hanya menjadi sarana menggugurkan tanggung jawab, namun juga menjadi usaha penting untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.

Melalui topik ini saya mendapatkan pemahaman mengenai tiga bentuk mediasi yang dikatakan oleh Vygotsky yaitu alat, tanda dan simbol (semiosis), serta interaksi sosial. Penelitian sosiokultural Vygotskian sebagian besar terfokus kepada bentuk mediasi semiotik untuk mengatasi tantangan kognitif pendidikan. Bentuk mediasi semiotik bergantung pada interaksi sosial sedangkan mediasi interaksi sosial itu masih menyimpan berbagai tantangan. Kompleksitas sosiokultural siswa yang tidak dapat tertebak adalah pemicu munculnya berbagai tantangan tersebut. Namun tantangan ini dapat sedikit teratasi dengan kontrol hubungan sosial. Hubungan sosial dalam pembelajaran yang lebih nyata dapat lebih berpengaruh terhadap interaksi sosial daripada pengaruh dinamika kelas sosial di sekolah. Hal baru yang saya dapatkan adalah pengetahuan mengenai peran sebagai guru yang memperhatikan keberagaman sosial budaya, ekonomi dan politik peserta didik serta kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan tersebut untuk menciptakan pembelajaran yang merdeka bagi semua siswa. Melalui hal baru ini, saya ingin menambah pengetahuan dari Negara maju yang menerapkan pendidikan dengan memperhatikan perspektif sosiokultular. Sebab, referensi positif dari berbagai Negara maju dapat diimplementasikan ke dalam Pendidikan Indonesia untuk keberlanjutan yang lebih baik.

Apabila dipelajari dan dihayati dengan mendalam, topik ini sangat berkaitan erat dengan berbagai mata kuliah lainnya. Mulai dari Filosofi Pendidikan Nasional, topik ini dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana nilai budaya dan identitas nasional berpengaruh terhadap keadaan kelas sebagai upaya kontrol pembelajaran. informasi bahwa keadaan sosiokultular kelas berpengaruh terhadap proses pendidikan sesuai dengan kodrat mereka. Sedangkan pada Prinsip Asesmen, topik ini menunjukkan bahwa asesmen dapat berjalan dengan optimal melalui penyesuaiannya dengan kondisi kelas yang dihadapi. Topik ini juga terkoneksi dengan Literasi Lintas Mata Pelajaran karena adanya indikasi bahwa literasi yang sesuai dengan keadaan kelas memberikan daya tarik literasi lebih optimal kepada peserta didik. Pada Pemahaman Peserta Didik, topik ini memberikan informasi bahwa keadaan sosiokultular kelas berpengaruh terhadap proses pendidikan sesuai dengan kodrat mereka. Serta masih banyak lagi mata kuliah yang dapat terkoneksi dengan pembahasan pada topik ini.

Melalui berbagai koneksi antar materi tersebut dapat disimpulkan bahwa materi ini sangat berguna bagi calon pendidik ketika akan menghadapi berbagai kondisi pendidikan yang ditemui. Pengenalan SES peserta didik memberikan penegasan kepada calon pendidik bahwa guru tidak bisa memilih siapa yang akan dia ajar. Siapa saja yang dihadapi guru ketika pembelajaran adalah tanggung jawab penuh bagi pendidik untuk membantunya dalam proses belajar. Secara kesiapan, saya menilai bahwa saya masih 7/10 untuk mengajar dengan tantangan tersebut. Tiga poin sisa tersebut dikarenakan saya masih belum pernah menghadapi kondisi pembelajaran dengan SES yang menjadi tantangan dalam pembelajaran saya. Sehingga secara kesiapan mental saya siap, namun masih perlu terjun langsung menghadapinya agar bisa di tingkat 10/10. Persiapan yang saya lakukan untuk meningkatkan potensi saya berupa mengambil referensi pendidikan positif dari berbagai sumber dan menyempurnakannya ke dalam pembelajaran yang saya pimpin sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang dihadapi.


Kamis, 19 Desember 2019

ANALISIS PUISI KARYA RYAN RACHMAN (KAJIAN SEMIOTIK)


ANALISIS PUISI KARYA RYAN RACHMAN
(KAJIAN SEMIOTIK)
Dinda Ayu Lestari, Dinda Ayu Lailia Fitri    
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Analisis Puisi Karya Ryan Rachman (Kajian Semiotik)”. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana studi semiotika dalam koleksi puisi karya Ryan Rachman. Tujuan dari penelitian yang dijelaskan dalam kumpulan ikon puisi karya Ryan Rachman, dan menggambarkan simbol-simbol dalam koleksi puisi karya Ryan Rachman. Dan kemudian, penelitian ini akan meningkatkan makna dalam puisi untuk siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Semua tanda di koleksi puisi karya Ryan Rachman akan dijelaskan secara rinci. Pada hasil analisis ditemukan bahwa ikon dalam koleksi puisi karya Ryan Rachman ditemukan ada empat data, indeks ada tiga data dan simbol dalam puisi karya Ryan Rachman ada tiga data.
Kata Kunci: Analisis, puisi, semiotik
ABSTRACT
This study is entitled "Analysis of Poetry by Ryan Rachman (Semiotic Study)". The problem in this research is how to study semiotics in a collection of poems by Ryan Rachman. The purpose of the research is explained in a collection of poetry icons by Ryan Rachman, and describing symbols in a collection of poems by Ryan Rachman. And then, this research will increase the meaning in poetry for students. The method used is descriptive method. All signs in the poetry collection by Ryan Rachman will be explained in detail. In the analysis it was found that the icons in the poetry collection by Ryan Rachman were found to have four data, the index had three data and the symbols in the poem by Ryan Rachman were three data.
Keywords: analysis, poetry, semiotic

A.    Pendahuluan
Karya sastra merupakan sarana yang digunakan untuk melukiskan keadaan yang terjadi di masyarakat. Karya sastra juga merupakan penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh pengarang mengenai kehidupan manusia. Pengarang ingin berupaya untuk mendokumentasikan zaman dan sebagai alat komunikasi antara pengarang dan pembacanya. Membaca karya sastra, pembaca akan mendapatkan wawasan dan kesenangan yang diberikan oleh karya sastra itu yang berupa keindahan dan pengalaman jiwa yang bernilai tinggi.
Karya sastra diciptakan seakan-akan memperolok kehidupan melalui kemahiran seorang pengarang melalui bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, seorang pengarang karya sastra sangat sensitif dan peka terhadap perkembangan zaman. Pengarang tanggap terhadap perkembangan situasi yang sering menindas. Tanpa kreativitas seorang pengarang, tidak mungkin suatu karya sastra yang bermutu dapat diperoleh.
Karya sastra sebagai karya yang bersifat imajinatif, terbagi ke dalam tiga jenis genre sastra, yaitu drama, prosa, dan puisi. Drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Prosa atau juga disebut fiksi merupakan cerita khayalan. Sedangkan puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh jumlah baris dan bait, dengan bahasa yang singkat dan padat. Dalam hal ini, puisi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa atau rangkaian kata sebagai mediumnya, dan mempunyai arti dan makna.
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta penyusunan larik dan bait (Suprapto, 1993:65). Bahasa puisi selalu meninggalkan kesan rasa dan daya tanggap oleh pembacanya. Didalam puisi, pembaca akan menemui sesuatu yang merupakan kekayaan pengalaman batin pengarang yang disampaikan lewat puisi yang diciptakan. Melalui puisi, pembaca dapat melihat jalan pikiran pengarang dan emosi yang hendak ditimbulkan oleh pengarang.
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki susunan kata-kata terbaik. Puisi memiliki sistem tanda yang bertugas sebagai alat komunikasi antarmanusia. Semiotik merupakan ilmu untuk mengetahui tentang sistem tanda dan makna yang terkandung di dalamnya. Menganalisis puisimenggunakan kajian semiotik, berarti mengungkap tanda dan akan memahami makna dari puisi.
Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda dan petanda. Tanda tidak hanya satu macam, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol. Suwardi Endraswara (2013:41) menjelaskan bahwa ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer.
Puisi merupakan bagian dari karya sastra. Puisi adalah karya sastra yang berciri mantra, rima, tanpa rima, ataupun kombinasi kedua-duanya (Depdiknas, 2003:125). Sejalan dengan itu, Suprapto (1993:65) mengemukakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta penyusunan larik dan bait. Sementara itu, Teeuw (dalam Musfeptial, 2005:1) mengatakan bahwa puisi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuaan (inovasi).
Puisi adalah hasil luapan perasaan. Slamet Mulyani (dalam Atar Semi, 2002:93) mengatakan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersususun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk. Puisi merupakan ragam sastra yang memiliki bentuk karangan dari luapan perasaan yang imajinatif, terikat oleh jumlah baris dan bait,dan menggunakan bahasa yang singkat dan padat.

B.     Kajian Semiotik
Suwardi (2013:36) mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu untukmengetahui tentang sistem tanda, konvensi-konvensi yang ada dalam komunikasi dan makna yang terkandung di dalamnya. Semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda. Hal ini, tentu saja tanda-tanda tersebut telah ditata oleh pengarang sehingga adasistem dan aturan-aturan tertentu yang dimengerti oleh peneliti.
Menurut Segers (dalam Sangidu, 2004:173) mengatakan bahwa semiotik merupakan suatu disiplin yang meneliti semua bentuk komunikasi selama komunikasi itu dilaksanakan dengan menggunakan tanda yang didasarkan pada sistem-sistem tanda atau kodekode. Penelitian semiotik perlu memperhatikan tiga hal, yaitu displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti), dan creating ofmeaning (penciptaan arti). Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah cabang ilmu yang mengungkap dan mengkaji tentang sistem tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, serta mempelajari fenomena sosial-budaya. Di dalam puisi banyak sistem tanda yang dapat diungkap untuk mendapatkan makna dalam puisi.
Peirce (dalam Nur Sahid, 2004:5) mengatakan bahwa tanda mengacu kepada sesuatu yang disebut objek. Nyoman Kutha Ratna (2008:101) mengungkapkan bahwa objek adalah apa yang diacu, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Melalui perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Lampu merah dipersimpangan jalan tidak dimaksudkan untuk berpikir mengenai warna merah, tetapi untuk berhenti. Teks sastra secara keseluruhan terdiri atas ciri-ciri tersebut. Kota Jakarta dalam sebuah novel misalnya, tidak secara keseluruhan menunjuk pada ibukota Negara Republik Indonesia, sebagai tanda, sesuatu yang lain yang diwakilinya, diantaranya simbol kekuasaan, korupsi, prostitusi dan sebagainya.
Jenis-jenis tanda adalah ikon, indeks, simbol. Pierce (dalam Suwardi Endraswara, 2008:65) mengemukakan ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan ditandakan adalah ikon, indeks dan simbol. Sementara itu, Jabrohim (2014:91) menjelaskan bahwa jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol. Sejalan dengan itu, jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol (Rachmad Djoko Pradopo, 2013:120). Ikon merupakan tanda yang menunjukkan kesamaan. Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) menjelaskan bahwa ikon adalah tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya, foto dengan orang yang difoto atau peta dengan geografisnya. Sejalan dengan itu, Jabrohim (2014:91) mengungkapkan bahwa ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan .Nur Sahid (2004:6) memaparkan bahwa ikon dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1.      Ikon topologis, yakni tanda yang mengacu pada kemiripan spasial. Misalnya, peta.
2.      Ikon diagramatik, yakni tanda yang memiliki kemiripan relasional. Dalam tanda memperlihatkan hubungan antara unsur-unsur yang diacu. Misalnya, tempat duduk yang diatur sesuai dengan kedudukan.
3.      Ikon metaforis, yakni ikon yang tidak menunjukkan kemiripan antara tanda dengan acuannya, yang mirip bukanlah tanda dengan acuannya, melainkan antara dua acuan yang diacu oleh tanda yang sama. Misalnya, binatang kancil (acuan langsung) dan pada manusia yang cerdik (acuan tak langung).
Indeks merupakan tanda yang mengacu pada kenyataan. Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) mengatakan bahwa indeks adalah tanda yang mengandung hubungan kausal dengan apa yang ditandakan. Nur Sahid (2004:6) menjelaskan bahwa indeks adalah tanda yang dengan acuannya mempunyai kedekatan eksistensi. Contoh, hari mendung menjadi tanda akan hujan. Simbol bersifat arbiter (semau-maunya). Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) mengungkapkan bahwa simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya, bendera putih sebagai simbol ada kematian. Bahasa adalah simbol paling lengkap yang digunakan sehari-hari oleh manusia untuk berkomunikasi.
C.    Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi kompas 2019, puisi milik Taufik Ikram Jamil. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya sastra. Penelaahan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bagian-bagian yang menjadi objek penelitian.
D.    Pembahasan
Puisi 1
Angin Letih Bertiup Dermaga

Debur ombak bawa kabur cemasmu
Sedangkan buih tak henti meredam perih
Kau tatap camar penuh nanar
Beradu peluh dengan perahu nelayan
Angin letih bertiup ke dermaga
Sendiri tanpa siapa

Dalamnya palung setiap saat menunggu
Menerkam tubuhmu merajam air mata
Ikan-ikan cantik seketika menjelma malaikat maut
Kala limbung perahu terkoyak gelombang

Puisi 2
Kau Seduh Mimpi di Cangkir Keramik

Kau seduh saja di cangkir keramikmu itu
Mimpi tentang rumah mungil di sudut kota
Tentang anak perempuan berkucir dua
Hujan dan baskara silih berlalu
Mengisahkan rumput di halaman
Yang patah disantap burung gereja
Tanah berlumut yang bernafas tiap siang

Kau seduh saja di cangkir keramik itu
Biru dan kuning jalan yang kita tempuh
Ratusan rambu dan petunjuk arah
Sering kali melenceng dari peta buta
Luka menjadi pertanda
Bilamana kita harus istira
Di terminal kecil yang kita singgah
Kue kering dan biskuit kita kunyah

Dan aroma secangkir teh melati
Menjadi penyambung dahaga
Menuju dermaga di tepi samudera

Puisi 3
Bintang-bintang Asyik Bermain Origami

seandainya langit diatas rumah kita seperti Eropa. aku akan memberimu kado tentang empat musim. penuh romansa seperti puisi-puisi Wilde dengan puluhan mawar segar di nisannya.

nah, bila musim dingin datang dan halaman kita penuh unggukan salju. akan kunyalakan api di perapian dengan suluh yang kupungut dari tepi hutan pinus. membawakanmu selimut dari bulu domba dan secangkir cokelat hangat. lalu kita bercerita tentang wortel yang dicuri kelinci dari hidung boneka salju.

pada pertengahan Maret ini, aku akan mengajakmu jalan-jalan. musim semi sudah tiba sayang. coba kau berdiri di hamparan bunga tulip dengan tangan terbentang, dan aku akan memotretmu dengan kamera ponsel buatan Korea. Kita petik apel merah dan mengirisnya menjadi rujak yang pedas.

sayangnya, di langit kita tidak ada aurora, jadi bila dari langit kita ambil kata-kata untuk membuat puisi, mungkin tidak seromantis John Keats. tapi dari langit di atap rumah kita, bisa saja hujan puisi-puisi yang membuatmu bahagia. seperti bintang-bintang yang asyik bermain origami.

1.      Analisis ikon pada kumpulan puisi karya Ryan Rachman
Analisis ikon metaforis pada puisi karya Ryan Rachman ada 4 data. Pada puisi Angin Letih Bertiup Dermaga ada 1 data, pada puisi Kau Seduh Mimpi di Secangkir Keramik ada 3 data, dan pada puisi Bintang-bintang Asyik Bermain Origami tidak ada. Pada puisi Angin Letih Bertiup Dermaga terdapat pada kalimat sedangkan buih tak henti meredam perih. Pada kata buih memiliki arti yang sama dengan tingkah manusia. Buih memiliki arti gelembung-gelembung kecil pada permukaan barang cair (seperti pada air, sabun dan bir). Namun dalam puisi ini buih memiliki arti yang sama atau setara dengan manusia. Pada kalimat tersebut seolah-olah buih diibaratkan sebagai manusia yang sedang meredam perih. Dapat dilihat bahwa pengarang memilih kata buih dalam puisi tersebut untuk memberikan kesan halus yang tidak mampu untuk menahan perih.
Kemudian pada puisi Kau Seduh Mimpi di Cangkir Keramik terdapat dalambait kedua baris keempat, kesepuluh dan kesebelas, yaitu seringkali melenceng dari peta buta. Peta buta memiliki dua arti yang berbeda menurut pandangan pembaca yakni yang pertama pembaca berfikir bahwa peta buta adalah sebuah ketersesatan saat bermimpi, yang kedua perta buta adalah sebuah kesesatan saat berharap. Kalimat selanjutnya yaitu menjadi penyambung dahaga. Pada kata dahaga pembaca memiliki dua tafsiran yakni yang pertama yaitu menjadi kekurangan yang harus terpenuhi dari sebuah mimpi, yang kedua yaitu menjadi kekurangan yang harus terpenuhi dari sebuah pengharapan. Kalimat selanjutnya yaitu menuju dermaga di tepi samudera. Pada kata samudera memiliki dua makna yang tergambar oleh pembaca, yang pertama yakni samudera sebagai tempat pertemuan saat bermimpi yang kedua samudera sebagai penghujung pengharapan.
2. Analisis indeks pada kumpulan puisi karya Ryan Rachman
Indeks yang digunakan dalam puisi karya Ryan Rachman ada tiga data. Terdapat pada puisi yang berjudul Bintang-bintang yang Asyik Bermain Origami. Pada kalimat “penuh romansa seperti puisi-puisi Wilde dengan puluhan mawar segar di nisannya” ini mengandung hubungan yang alamiah, sebab saat nisan merupakan sebuah tempat peristirahatan terakhir yang biasanya ditandai dengan taburan bunga mawar diatasnya sehingga menjadi penanda adanya nisan.
Pada kalimat “bila musim dingin datang dan halaman kita penuh unggukan salju”. Pada puisi ini menjadi tanda yang memiliki hubungan alamiah atas dibuatnya perapihan dari api unggun yang biasa dilakukan oleh orang-orang barat saat musim salju tiba.
Kemudian pada kalimat “musim semi sudah tiba sayang” memiliki hubungan alamiah yang terdapat pada puisi tersebut yaitu pada saat musim semi memang menjadi kebudaayaan orang luar untuk berlibur dan berjalan-jalan bersama keluarga maupun teman.
Didalam puisi Menxiarah Tengku Kamariah tedapat kalimat “air matalah yang mengucur” mungkin yang dimaksud di dalam ouisi tersebut air mata mengalir karena mengalami kesedihan yang amat mendalam
3. Analisis simbol pada kumpulan puisi karya Rian Rachman
Simbol yang digunakan dalam puisi karya Rian Rachman ada 3 data. Terdapat pada puisi yang berjudul Kau Seduh Mimpi di Cangkir Keramik. Pada bait kedua yang Terdapat pada kalimat ratusan rambu dan petunjuk arah keduanya menunjukan bahwa yang namanya rambu lalu lintas sebagai petunjuk arah pela. Kalimat tersebut sebenarnya mewakili sebuah simbol yang menunjukkan arah. Kemudian pada puisi yang berjudul Bintang-bintang Asyik bermain origami pada bait kedua tepatnya pada kalimat “akan kunyalakan api di perapian dengan suluh yang kupungut dari tepi hutan pinus” api selau menyimbolkan bahwa selalu berada di perapian. Yang berikutnya terdapat pada puisi akan kunyalakan api di perapian dengan suluh yang kupungut dari tepi hutan pinus” pada bait ketiga. Terdapat pada kalimat “aku akan memotretmu dengan kamera ponsel buatan korea” pada kata memotret sudah dapat menyimbolkan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh kamera. Pada puisi tersebut simbol yang di gunakan sudah mewakili hal yang dilakukan.

Kesimpulan

Semiotika berhubungaan erat dengan bidang linguistik yang sebagian mempelajari struktur serta juga makna bahasa yang lebih spesifik. Semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda. Hal ini, tentu saja tanda-tanda tersebut telah ditata oleh pengarang sehingga adasistem dan aturan-aturan tertentu yang dimengerti oleh peneliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi pada web kliping sastra Indonesia 2019, puisi milik Ryan Rachman. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya sastra. Penelaahan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bagian-bagian yang menjadi objek pembahasan.
Semua tanda di koleksi puisi karya Ryan Rachman akan dijelaskan secara rinci. Pada hasil analisis ditemukan bahwa ikon dalam koleksi puisi karya Ryan Rachman ditemukan ada empat  data, indeks terdapat tiga data dan simbol dalam puisi karya Ryan Rachman ada tiga data.

E.     Daftar Pustaka
Nurgiyantoro, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS

Jabrohim. (2014). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo

Wulan, AP. 2016. Analisis Kumpulan Puisi Sarang Enggang Karya Nano L Basuki dan Kawan-Kawan (Kajian Semiotik). IKIP PGRI Pontianak.



ANALISIS PUISI KARYA FARIS AL FAISAL (KAJIAN SEMIOTIK)

ANALISIS PUISI KARYA FARIS AL FAISAL
(KAJIAN SEMIOTIK)

Bagas Yudha Prawira, Gempar Indra Waspada

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jember
Jln. Kalimantan 37, Jember 68121

E-mail: bagasyudha354@gmail.com, gemparindra13@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Puisi Karya Faris Al Faisal (Kajian Semiotik)”. Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana studi semiotika dalam koleksi puisi karya Faris Al Faisal. Tujuan dari penelitian yang dijelaskan dalam kumpulan ikon puisi karya Faris Al Faisal, dan menggambarkan simbol-simbol dalam koleksi puisi karya Faris Al Faisal. Dan kemudian, penelitian ini akan meningkatkan makna dalam puisi untuk siswa. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Semua tanda di koleksi puisi karya Faris Al Faisal akan dijelaskan secara rinci. Pada hasil analisis ditemukan bahwa ikon dalam koleksi puisi karya Faris Al Faisal ditemukan ada tiga belas data data, dan simbol dalam puisi karya Faris Al Faisal dan kawan-kawan ada sembilan data.

ABSTRACT

This study is entitled "Analysis of Poetry by Faris Al Faisal (Semiotic Study)". The problem in this research is how to study semiotics in the collection of poetry by Faris Al Faisal. The purpose of the research is explained in a collection of poetry icons by Faris Al Faisal, and describing the symbols in the poetry collection by Faris Al Faisal. And then, this research will increase the meaning in poetry for students. The method used is descriptive method. All signs in the poetry collection by Faris Al Faisal will be explained in detail. In the analysis it was found that the icons in the poetry collection by Faris Al Faisal found thirteen data data, and the symbols in the poetry by Faris Al Faisal and friends there were nine data.




A. Pendahuluan
Karya sastra merupakan sarana yang digunakan untuk melukiskan keadaan yang terjadi di masyarakat. Karya sastra juga merupakan penyampaian ide-ide yang dipikirkan dan dirasakan oleh pengarang mengenai kehidupan manusia. Pengarang ingin berupaya untuk mendokumentasikan zaman dan sebagai alat komunikasi antara pengarang dan pembacanya. Membaca karya sastra, pembaca akan mendapatkan wawasan dan kesenangan yang diberikan oleh karya sastra itu yang berupa keindahan dan pengalaman jiwa yang bernilai tinggi.
Karya sastra diciptakan seakan-akan memperolok kehidupan melalui kemahiran seorang pengarang melalui bahasa yang digunakan. Oleh karena itu, seorang pengarang karya sastra sangat sensitif dan peka terhadap perkembangan zaman. Pengarang tanggap terhadap perkembangan situasi yang sering menindas. Tanpa kreativitas seorang pengarang, tidak mungkin suatu karya sastra yang bermutu dapat diperoleh.
Karya sastra sebagai karya yang bersifat imajinatif, terbagi ke dalam tiga jenis genre sastra, yaitu drama, prosa, dan puisi. Drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Prosa atau juga disebut fiksi merupakan cerita khayalan. Sedangkan puisi adalah bentuk karangan yang terikat oleh jumlah baris dan bait, dengan bahasa yang singkat dan padat. Dalam hal ini, puisi merupakan karya sastra yang menggunakan bahasa atau rangkaian kata sebagai mediumnya, dan mempunyai arti dan makna.
Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta penyusunan larik dan bait (Suprapto, 1993:65). Bahasa puisi selalu meninggalkan kesan rasa dan daya tanggap oleh pembacanya. Di dalam puisi, pembaca akan menemui sesuatu yang merupakan kekayaan pengalaman batin pengarang yang disampaikan lewat puisi yang diciptakan. Melalui puisi, pembaca dapat melihat jalan pikiran pengarang dan emosi yang hendak ditimbulkan oleh pengarang.
Puisi merupakan karya sastra yang memiliki susunan kata-kata terbaik. Puisi memiliki sistem tanda yang bertugas sebagai alat komunikasi antarmanusia. Semiotik merupakan ilmu untuk mengetahui tentang sistem tanda dan makna yang terkandung di dalamnya. Menganalisis puisi menggunakan kajian semiotik, berarti mengungkap tanda dan akan memahami makna dari puisi.
Tanda mempunyai dua aspek yaitu penanda dan petanda. Tanda tidak hanya satu macam, tetapi ada beberapa berdasarkan hubungan penanda dan petandanya. Jenis-jenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol. Suwardi Endraswara (2013:41) menjelaskan bahwa ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Sedangkan simbol adalah tanda yang menunjukkan tidak ada hubungan alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat arbitrer.
Puisi merupakan bagian dari karya sastra. Puisi adalah karya sastra yang berciri mantra, rima, tanpa rima, ataupun kombinasi kedua-duanya (Depdiknas, 2003:125). Sejalan dengan itu, Suprapto (1993:65) mengemukakan bahwa puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima, mantra, serta penyusunan larik dan bait. Sementara itu, Teeuw (dalam Musfeptial, 2005:1) mengatakan bahwa puisi sebagai karya seni yang selalu terjadi ketegangan antara konvensi dan pembaharuaan (inovasi).
Puisi adalah hasil luapan perasaan. Slamet Mulyani (dalam Atar Semi, 2002:93) mengatakan bahwa puisi adalah sintesis dari berbagai peristiwa bahasa yang telah tersaring semurni-murninya dan berbagai proses jiwa yang mencari hakikat pengalamannya, tersususun dengan sistem korespondensi dalam salah satu bentuk. Puisi merupakan ragam sastra yang memiliki bentuk karangan dari luapan perasaan yang imajinatif, terikat oleh jumlah baris dan bait,dan menggunakan bahasa yang singkat dan padat.
B. Kajian Semiotik
Suwardi (2013:36) mengatakan bahwa semiotik adalah ilmu untuk mengetahui tentang sistem tanda, konvensi-konvensi yang ada dalam komunikasi dan makna yang terkandung di dalamnya. Semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda. Hal ini, tentu saja tanda-tanda tersebut telah ditata oleh pengarang sehingga ada sistem dan aturan-aturan tertentu yang dimengerti oleh peneliti.
Menurut Segers (dalam Sangidu, 2004:173) mengatakan bahwa semiotik merupakan suatu disiplin yang meneliti semua bentuk komunikasi selama komunikasi itu dilaksanakan dengan menggunakan tanda yang didasarkan pada sistem-sistem tanda atau kodekode. Penelitian semiotik perlu memperhatikan tiga hal, yaitu displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti), dan creating of meaning (penciptaan arti). Uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa semiotik adalah cabang ilmu yang mengungkap dan mengkaji tentang sistem tanda dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, serta mempelajari fenomena sosial-budaya. Di dalam puisi banyak sistem tanda yang dapat diungkap untuk mendapatkan makna dalam puisi.
Peirce (dalam Nur Sahid, 2004:5) mengatakan bahwa tanda mengacu kepada sesuatu yang disebut objek. Nyoman Kutha Ratna (2008:101) mengungkapkan bahwa objek adalah apa yang diacu, yaitu ikon, indeks, dan simbol. Melalui perantaraan tandatanda manusia dapat berkomunikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia. Lampu merah dipersimpangan jalan tidak dimaksudkan untuk berpikir mengenai warna merah, tetapi untuk berhenti. Teks sastra secara keseluruhan terdiri atas ciri-ciri tersebut. Kota Jakarta dalam sebuah novel misalnya, tidak secara keseluruhan menunjuk pada ibu kota Negara Republik Indonesia, sebagai tanda, sesuatu yang lain yang diwakilinya, diantaranya simbol kekuasaan, korupsi, prostitusi dan sebagainya.
Jenis-jenis tanda adalah ikon, indeks, simbol. Pierce (dalam Suwardi Endraswara, 2008:65) mengemukakan ada tiga jenis tanda berdasarkan hubungan antara tanda dengan ditandakan adalah ikon, indeks dan simbol. Sementara itu, Jabrohim (2014:91) menjelaskan bahwa jenisjenis tanda yang utama adalah ikon, indeks, dan simbol. Sejalan dengan itu, jenis-jenis tanda yang utama ialah ikon, indeks, dan simbol (Rachmad Djoko Pradopo, 2013:120). Ikon merupakan tanda yang menunjukkan kesamaan. Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) menjelaskan bahwa ikon adalah tanda yang secara inheren memiliki kesamaan dengan arti yang ditunjuk. Misalnya, foto dengan orang yang difoto atau peta dengan geografisnya. Sejalan dengan itu, Jabrohim (2014:91) mengungkapkan bahwa ikon adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan yang bersifat alamiah antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan .Nur Sahid (2004:6) memaparkan bahwa ikon dibagi menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.
1. Ikon topologis, yakni tanda yang mengacu pada kemiripan spasial. Misalnya, peta.
2. Ikon diagramatik, yakni tanda yang memiliki kemiripan relasional. Dalam tanda memperlihatkan hubungan antara unsur-unsur yang diacu. Misalnya, tempat duduk yang diatur sesuai dengan kedudukan.
3. Ikon metaforis, yakni ikon yang tidak menunjukkan kemiripan antara tanda dengan acuannya, yang mirip bukanlah tanda dengan acuannya, melainkan antara dua acuan yang diacu oleh tanda yang sama. Misalnya, binatang kancil (acuan langsung) dan pada manusia yang cerdik (acuan tak langung).
Indeks merupakan tanda yang mengacu pada kenyataan. Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) mengatakan bahwa indeks adalah tanda yang mengandung hubungan kausal dengan apa yang ditandakan. Nur Sahid (2004:6) menjelaskan bahwa indeks adalah tanda yang dengan acuannya mempunyai kedekatan eksistensi. Contoh, hari mendung menjadi tanda akan hujan. Simbol bersifat arbiter (semau-maunya). Pierce (dalam Suwardi, 2008:65) mengungkapkan bahwa simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu. Misalnya, bendera putih sebagai simbol ada kematian. Bahasa adalah simbol paling lengkap yang digunakan sehari-hari oleh manusia untuk berkomunikasi.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi kedaulatan rakyat 2019, puisi milik Faris Al Faisal. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya sastra. Penelaahan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bagian-bagian yang menjadi objek penelitian.
D. Pembahasan
Merah Eforbia
Kaulah bunga itu. Selengkung warna
Merah eforbia. Tumbuh dengan getah susu
Merawat sepokok rindu.
Di bukit dan batu. Di pekarangan sunyi
Para penyair. Larik-larik sajak mekar dan gugur
Dalam lingkar matamu.
Seikat hujan yang kauhimpun. Jalanan hijau
Melukis horizon. Makin jauh pergi burung-burung
Ke kota-kota tua ia bersarang.
Matahari telah rembang kepada petang
Kita nyalakan api kecil
Air mata kita hapus dengan mimpi
Pada sebuah bantal. Di sana kepala direbahkan
Dan rembulan yang kaupeluk
Mengujiku apakah aku masih punya cemburu
Indramayu 2019

Batu dan Lumut
Akulah batu
Dan kaulah lumut
Telah berkali hujan tumpah
Tubuh pun basah
Bertahun bertahan
Deru debu dan panas membakar
Tak ada penyesalan
Rindu setia di senyuman
Perlahan kita pun lapuk
Namun bahagia telah direguk
Indramayu, 2019

Buah Ceri
Tatapanmu adalah awal musim semi
Mekar di tangkai-tangkai buah ceri
Hari pun lebih menyala
Gigitlah angin yang berjalan semilir
Biarkan tangannya membelai
Gerai duka disisir lembut jemari
Sebagai keindahan yang diabadikan alam
Kita memetik merahnya senja di pohon
Menyusun kembali patahan ranting kering
Indramayu, 2019
1.      Analisis Ikon pada Kumpulan Puisi Karya Faris Al Faisal
Analisis ikon metaforis pada puisi karya Faris Al Faisal ada 11  data. Pada puisi Merah Eforbia ada 4 data, pada puisi Batu dan Lumut ada 4 data, dan pada puisi Buah Ceria da 3 data. Pada puisi Merah Eforbia terdapat pada kalimat “kaulah bunga itu” Pada kata bunga merujuk pada larik ke dua yaitu kalimat “merah eforbia”. Kata bunga pada larik pertama merujuk ke dalam frasa merah eforbia. Melalui rujukan frasa ini arti dari bunga dapat diketahui. Bunga pada larik ini dapat dimaknai keindahan, sebab rujukannya adalah bunga eforbia. Sebelum kata bunga adalah kata kaulah. Kata kaulah tentu berkaitan dengan kata bunga, sehingga menghasilkan makna kaulah keindahan yang dimaksudkan itu.
Pada puisi Batu dan Lumut terdapat dalam larik keenam, yaitu “deru berdebu panas membakar. Debu dan panas merupakan materi yang menerpa batu dan lumut ketika berada di alam bebas. Melalui fakta ini, debu dan panas yang ada di dalam puisi ini bermakna rintangan/hambatan yang orang hadapi. Kalimat selanjutnya yaitu menjadi penyambung dahaga. Pada larik kesembilan terdapat kata lapuk. Definisi lapuk adalah keadaan material seperti batu, kayu, dan material lain yang dalam usianya sudah tua sehingga rapuh. Sehingga, lapuk pada puisi ini menunjukkan usia yang sudah tua.
Larik pertama dari puisi Buah Ceri yaitu “tatapanmu adalah awal musim semi”. Awal musim semi merupakan simbol kehangatan. Kehangatan yang ada di musim semi merupakan kehangatan yang memberikan kenyamanan. Dalam hal ini berarti tatapan yang dimaksud di dalam puisi Buah Ceri itu memberikan kehangatan kepada siapapun yang dikenainya.
2.      Analisis Indeks pada Kumpulan Puisi Karya Faris Al Faisal
Indeks yang digunakan dalam puisi karya Faris Al Faisal ada empat data. Terdapat pada puisi yang berjudul Merah Eforbia. Pada kalimat “merah eforbia. Tumbuh dengan getah susu” ini mengandung fakta alamiah, sebab jaringan xylem dari bunga eforbia memang menggeluarkan eksudat putih atau yang disebut dengan getah susu putih agak kental/milky sap. Setelah itu ada larik yang isinya ”di bukit dan batu. Pekarangan sunyi” juga merupakan fakta ilmiah bahwa seperti itulah lokasi hidup bunga eforbia.
Pada puisi batu dan lumut larik kesembilan yang isinya “perlahan kita pun lapuk’ ,menunjukann bahwa material apapun apabila seringkali dikenai hambatan di dalam hidupnya. Material yang dikenai  material air debu dan panas secara terus menerus akan membuat material itu menjadi lapuk.
Larik kedua puisi Buah Ceri yaitu “Tatapanmu adalah awal musim semi; Mekar di tangkai-tangkai buah ceri” merupakan kondisi real ketika musim semi bunga-bunga akan bermekaran.
3.      Analisis Simbol pada Kumpulan Puisi Karya Faris Al Faisal
Simbol yang digunakan dalam puisi karya Faris Al Faisal ada 2 data. Terdapat pada puisi yang berjudul Merah Eforbia larik kesepuluh. Larik “matahari telah rembang kepada petang”, petang berarti waktu yang dimaksud pada puisi itu. Adanya kata matahari semakin menspesifikkan makna waktu yang dimaksud yaitu waktu sore hari yang akhir. Pada puisi Buah Ceri yaitu pada larik “kita memetik merahnya senja di pohon”. Merah merupakan penunjukan warna yang dimaksud. Adapun kata senja setelah itu memberikan penyempitan kepada pemilihan warna yang dimaksud. Warna yang dimaksud adalah merah senja atau jingga.
E. Simpulan
Semiotika berhubungaan erat dengan bidang linguistik yang sebagian mempelajari struktur serta juga makna bahasa yang lebih spesifik. Semiotik adalah studi tentang tanda. Karya sastra akan dibahas sebagai tanda-tanda. Hal ini, tentu saja tanda-tanda tersebut telah ditata oleh pengarang sehingga ada sistem dan aturan-aturan tertentu yang dimengerti oleh peneliti.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian deskriptif. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi pada web kliping sastra Indonesia 2019, puisi milik Faris Al Faisal. Teknik pengumpul data yang digunakan adalah teknik studi dokumenter. Teknik studi dokumenter dilakukan dengan cara menelaah karya sastra. Penelaahan dilakukan dengan cara mengklasifikasikan bagian-bagian yang menjadi objek pembahasan.
Semua tanda di koleksi puisi karya Faris Al Faisal akan dijelaskan secara rinci. Pada hasil analisis ditemukan bahwa ikon dalam koleksi puisi karya Faris Al Faisal ditemukan ada sebelas data, indeks empat data dan simbol dua data.

Daftar Pustaka
Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Pembelajaran Sastra Berbasis KompetensiYogyakarta: BPFE
Purba, A. (2010). Pengantar Ilmu Sastra.  Jakarta. USUpress.
Asriningsari, A., & Umaya, N. (200). Semiotika Teori dan Aplikasi pada Karya Sastra. (diakses pada tanggal 18 Desember 2019)