Sabtu, 06 April 2024

Aksi Nyata Topik 3 Perspektif Sosiokultural Pendidikan Indonesia

Aksi Nyata Topik 3 Perspektif Sosiokultural Pendidikan Indonesia

Bagas Yudha Prawira (250211105868)

Mulai dari diri menyajikan video keadaan pendidikan di wilayah perkebunan dengan mayoritas masyarakat ekonomi menengah ke bawah dan sarana prasarana sekolah yang kurang memadai. Namun keterbatasan tersebut tidak menyurutkan semangat dari warga setempat untuk memperbaiki kondisi pendidikan di wilayah tersebut. Video ini memberikan gambaran kecil bahwa pembelajaran selanjutnya mungkin akan membahas fenomena serupa. Sebab, tidak menutup kemungkinan bagi calon pendidik professional akan diterjunkan ke wilayah dengan fenomena serupa. Wilayah dengan keadaan masyarakat menengah ke bawah namun masih semangat untuk memperbaiki pendidikan di wilayahnya.

Topik ini membahas mengenai Sosio-Economic Status atau biasa disebut SES. SES merupakan cara mengelompokkan individu berdasarkan keadaan ekonomi dan status sosialnya. Pada konteks ini, pengaplikasian SES dapat dilakukan pada peserta didik sesuai dengan latar belakang sosial ekonominya. SES juga diklasifikasikan menjadi tiga yaitu SES tinggi, SES menengah, dan SES rendah. Adanya konsep ini dikenalkan kepada calon pendidik sebab SES peserta didik sangat berpengaruh terhadap pembelajaran baik dalam ruang lingkup peserta didik, ruang lingkup sekolah, maupun ruang lingkup yang lebih luas lagi. Misalnya, kualitas pendidikan pada sekolah dengan peserta didik yang rata-rata SESnya tinggi jauh lebih unggul daripada sekolah dengan peserta didik yang rata-rata SESnya rendah. Baik itu dalam segi prestasi, kualitas pembelajaran, sarana prasarana, dan berbagai aspek lainnya. Konsep ini diberikan kepada calon pendidik sebagai bekal sebelum ditempatkan di berbagai wilayah pendidikan. Pendidik harus siap ditempatkan di berbagai wilayah pendidikan, baik itu wilayah dengan SES yang tinggi maupun yang rendah. Pendidik juga harus siap dengan segala rencana pembelajarannya apabila ditempatkan di daerah dengan SES tinggi maupun SES rendah.

Melalui ruang kolaborasi, kami mempelajari lebih lanjut tentang bahan ajar, kesiapan mengajar, asesmen pembelajaran, dan kecakapan mengajar guru itu sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan dalam perspektif sosiokultural. Guru perlu memperhatikan bahan ajar yang akan diberikan, sebab setiap bahan ajar tidak mempunyai potensi yang sama untuk dikembangkan berdasarkan latar belakang peserta didik. Selanjutnya terkait kesiapan mengajar, guru harus melakukan monitoring secara berkala terhadap kesiapan belajar guru maupun peserta didik. Aspek ini sudah dipersiapkan sejak perancangan sebab faktor-faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik dapat menjadi pertimbangan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya yaitu asesmen, guru harus memperhatikan keadaan sosiokultural siswa dalam menyusun asesmen. Potensi siswa tidak bisa dipukul rata dengan menguntungkan salah satu potensi. Perumpamaannya seperti seorang pawang hewan yang melaksanakan ujian pada berbagai jenis hewan untuk memanjat pohon, tentu saja akan ada hewan yang diuntungkan dan dirugikan. Terakhir yaitu guru perlu melengkapi diri dengan pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman yang baik tentang isu-isu sosial, budaya, ekonomi dan politik. Kecakapan itu digunakan untuk menciptakan pembelajaran dengan mengintegrasikan berbagai perspektif sosiokultural siswa.

Tahap demonstrasi kontekstual juga mempertajam pemahaman kami melalui berbagai perbedaan pendapat yang saling melengkapi. Persamaan pandangan berupa akses pendidikan dan relevansi dalam pembelajaran itu berpengaruh terhadap proses pendidikan. Pengaruh tersebut merujuk pada seluruh aspek (sosial, budaya, ekonomi, dan politik) yang dapat mempengaruhi akses terhadap pendidikan. Misalnya, aspek ekonomi dapat menjadi faktor penghambat dalam memperoleh akses pendidikan bagi keluarga kurang mampu. Relevansi dalam pembelajaran merujuk pada berbagai faktor sosial, budaya, ekonomi, dan politik yang dapat berpengaruh terhadap pelaksanaan sistem pendidikan demi pelaksanaan pendidikan yang lebih baik. Pandangan yang berbeda ditemukan pada fokus dan dampak ragam perspektif dalam pendidikan serta implementasinya dalam pembelajaran. Setiap aspek (sosial, budaya, ekonomi, dan politik) memiliki fokus dan dampak yang berbeda dalam pembelajaran. Misalnya, faktor ekonomi dapat memengaruhi kesenjangan akses pendidikan, berbeda dengan faktor politik yang dapat memengaruhi kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan. Sedangkan tentang implementasi dalam pembelajaran, setiap guru perlu memahami karakteristik peserta didik dari berbagai aspek, seperti faktor budaya, ekonomi, agama, dan politik, untuk memberikan layanan bimbingan yang sesuai dengan tujuan. Sehingga implementasi tidak hanya menjadi sarana menggugurkan tanggung jawab, namun juga menjadi usaha penting untuk memberikan pembelajaran yang sesuai dengan keadaan siswa.

Melalui topik ini saya mendapatkan pemahaman mengenai tiga bentuk mediasi yang dikatakan oleh Vygotsky yaitu alat, tanda dan simbol (semiosis), serta interaksi sosial. Penelitian sosiokultural Vygotskian sebagian besar terfokus kepada bentuk mediasi semiotik untuk mengatasi tantangan kognitif pendidikan. Bentuk mediasi semiotik bergantung pada interaksi sosial sedangkan mediasi interaksi sosial itu masih menyimpan berbagai tantangan. Kompleksitas sosiokultural siswa yang tidak dapat tertebak adalah pemicu munculnya berbagai tantangan tersebut. Namun tantangan ini dapat sedikit teratasi dengan kontrol hubungan sosial. Hubungan sosial dalam pembelajaran yang lebih nyata dapat lebih berpengaruh terhadap interaksi sosial daripada pengaruh dinamika kelas sosial di sekolah. Hal baru yang saya dapatkan adalah pengetahuan mengenai peran sebagai guru yang memperhatikan keberagaman sosial budaya, ekonomi dan politik peserta didik serta kepekaan terhadap perbedaan-perbedaan tersebut untuk menciptakan pembelajaran yang merdeka bagi semua siswa. Melalui hal baru ini, saya ingin menambah pengetahuan dari Negara maju yang menerapkan pendidikan dengan memperhatikan perspektif sosiokultular. Sebab, referensi positif dari berbagai Negara maju dapat diimplementasikan ke dalam Pendidikan Indonesia untuk keberlanjutan yang lebih baik.

Apabila dipelajari dan dihayati dengan mendalam, topik ini sangat berkaitan erat dengan berbagai mata kuliah lainnya. Mulai dari Filosofi Pendidikan Nasional, topik ini dapat memberikan pemahaman mengenai bagaimana nilai budaya dan identitas nasional berpengaruh terhadap keadaan kelas sebagai upaya kontrol pembelajaran. informasi bahwa keadaan sosiokultular kelas berpengaruh terhadap proses pendidikan sesuai dengan kodrat mereka. Sedangkan pada Prinsip Asesmen, topik ini menunjukkan bahwa asesmen dapat berjalan dengan optimal melalui penyesuaiannya dengan kondisi kelas yang dihadapi. Topik ini juga terkoneksi dengan Literasi Lintas Mata Pelajaran karena adanya indikasi bahwa literasi yang sesuai dengan keadaan kelas memberikan daya tarik literasi lebih optimal kepada peserta didik. Pada Pemahaman Peserta Didik, topik ini memberikan informasi bahwa keadaan sosiokultular kelas berpengaruh terhadap proses pendidikan sesuai dengan kodrat mereka. Serta masih banyak lagi mata kuliah yang dapat terkoneksi dengan pembahasan pada topik ini.

Melalui berbagai koneksi antar materi tersebut dapat disimpulkan bahwa materi ini sangat berguna bagi calon pendidik ketika akan menghadapi berbagai kondisi pendidikan yang ditemui. Pengenalan SES peserta didik memberikan penegasan kepada calon pendidik bahwa guru tidak bisa memilih siapa yang akan dia ajar. Siapa saja yang dihadapi guru ketika pembelajaran adalah tanggung jawab penuh bagi pendidik untuk membantunya dalam proses belajar. Secara kesiapan, saya menilai bahwa saya masih 7/10 untuk mengajar dengan tantangan tersebut. Tiga poin sisa tersebut dikarenakan saya masih belum pernah menghadapi kondisi pembelajaran dengan SES yang menjadi tantangan dalam pembelajaran saya. Sehingga secara kesiapan mental saya siap, namun masih perlu terjun langsung menghadapinya agar bisa di tingkat 10/10. Persiapan yang saya lakukan untuk meningkatkan potensi saya berupa mengambil referensi pendidikan positif dari berbagai sumber dan menyempurnakannya ke dalam pembelajaran yang saya pimpin sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa yang dihadapi.