MAKALAH
STRUKTURALISME ROBERT
STANTON ANALISIS CERPEN “KOTAK KAYU DAN KENANGAN” KARYA DEVI PUTRI YULITASARI
Makalah ini disusun guna
menyelesaikan Mata Kuliah Apresiasi Prosa yang dibimbing oleh Siswanto,
S.Pd.,M.A.
Disusun Oleh :
Kelompok 3
- Rika
Wahyu Utami 180210402097
- Bagas
Yudha Prawira 180210402099
- Mohammad
Khoifullah 180210402100
PROGAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN
SENI
FAKULTAS KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “STRUKTURALISME ROBERT STANTON ANALISIS CERPEN “KOTAK KAYU DAN KENANGAN” KARYA DEVI PUTRI YULITASARI.”
Penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Apresiasi Prosa.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan
khususnya dalam bidang pembelajaran yang terkait dengan Apresiasi Prosa serta
pembaca dapat mengetahui proses analisis suatu cerita fiksi. Dalam makalah ini
penulis menganalisis menggunakan pendekatan analisis strukturalisme yaitu lebih
menekankan pada unsur instrinsik dari cerita fiksi tersebut. Berdasarkan teori
Stanton ada tiga hal yang dapat penulis analisis yaitu dari tema, fakta (terdiri
dari karakter, plot, dan latar), dan sarana cerita (terdiri dari gaya nahasa
dan simbol). Penulis memilih cerpen “Kotak Kayu dan Kenangan" karya Devi Putri Yulitasari karena cerpen
tersebut sangat menarik untuk penulis analisis. Cerita fiksi yang dapat menyentuh hati pembaca
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah kami. Kritik serta saran kami butuhkan guna perbaikan dalam penyusunan
makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswanto, S.Pd.,M.A.
Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Apresiasi Prosa kelas C yang telah memberikan
bimbingan dan pembelajaran dalam penyusunan makalah ini.
Jember, 21 Oktober 2019
Penyusun
1. PENGANTAR
Karya
sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Karya
sastra terdiri dari beragam bentuk, yaitu puisi, prosa maupun drama. Prosa
dapat berupa novel dan cerpen. Sebuah karya sastra dianggap sebagai bentuk
ekspresi dari sang pengarang. Sastra itu dapat berupa kisah rekaan melalui
pengalaman batin (pemikiran dan imaginasinya), maupun pengalaman empirik
(sebuah potret kehidupan nyata baik dari sang penulis ataupun realita yang
terjadi di sekitarnya) dari sang pengarang.
Menurut
Mukarovsky, E.E. Cummings, dan Sjklovski, Sastra adalah karya fiksi yang
merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan
aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun aspek makna. Memahami sebuah
karya sastra berarti seseorang harus mampu memaknai karya sastra tersebut.
Memaknai sebuah karya sastra yang paling dasar adalah dengan cara “menganalisis
unsur-unsur pembangunnya”.Unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra terbagi
menjadi unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik.Selain itu memaknai karya satra
dapat dilakukan melalui kajian-kajian terhadap karya sastra dari berbagai sudut
pandang.
Karya
sastra cerpen lebih singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan
karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.Menurut
Sumardjo dan Saini, "cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar
terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya
relatif pendek dan singkat".
Salah
satu contoh cerpen yang akan di analasis adalah cerpen berjudul" Kotak
Kayu dan Kenangan" karya Devi Putri Yulitasari. Cerpen ini menarik untuk
di bahas karena menceritakan sebuah konflik di dalam sebuah keluarga yaitu
seorang anak yang membenci ibunya karena ia beranggapan bahwa ibunya terlalu
tidak peduli dengan keadaan keluarganya saat itu, namun di akhir cerita diketahui
bahwa sang ibu tersebut memiliki alasan tersendiri mengapa ia harus bersikap seakan
tak perduli pada keluarganya. Sebagai
bentuk karya sastra, cerpen “Kotak Kayu dan Kenangan” merupakan sebuah karya
sastra yang dibangun dari unsur-unsur yang saling berkaitan dan bermakna. Oleh
karena itu, untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun dan makna yang
terkandung di dalam cerpen “Kotak Kayu dan Kenangan” digunakan teori analisis
struktural Robert Stanton.
2. LANDASAN
TEORI
Penelitian
dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik pada cerpen " Kotak Kayu dan
Kenangan" ini akan menggunakan teori analisis struktural.Teeuw (1991:135)
mengungkapkan bahwa analisis struktural terhadap teks sastra memiliki tujuan
untuk membongkar atau mengungkapkan keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra
secara totalitas dalam menghasilkan makna. Analisis struktural merupakan hal
yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel, dan roman) yaitu
dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalamnya.
Robert
Stanton membagi unsur intrinsik karya sastra menjadi tiga bagian, yaitu fakta
cerita (fact), tema (theme) dan sarana cerita (literary devices). Menurut
Stanton, fakta cerita adalah elemen-elemen yang berfungsi sebagai catatan
kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta cerita terdiri atas karakter
(character), alur (plot), dan latar (setting).
Dalam
karakter (tokoh penokohan)Tokoh merupakan para pemain atau orang-orang yang
terlibat di dalam sebuah cerita pendek.Di dalam setiap cerita pendek terdapat
dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu/ tambahan. Tokoh utama
adalah tokoh yang berinteraksi langsung dengan konflik. Sedangkan tokoh
pembantu adalah tokoh yang diungkapkan dalam cerpen namun tidak terlibat
langsung dengan konflik.Alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang
sambung menyambung berdasarkan hubungan sebab-akibat. Pemahaman alur akan
memudahkan kita memahami peristiwa dalam sebuah cerita.Latar adalah keterangan
mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam
suatu karya sastra.
Tema
adalah gagasan utama atau ide pikiran yang melatarbelakangi suatu cerita
pendek. Semua karya tulis harus memiliki tema tertentu agar dapat menyampaikan
isi pesan dari sebuah tulisan.Tema cerpen bisa bermacam-macam, mulai dari tema
umum, isu masyarakat, kisah pribadi pengarang, kisah percintaan, dan lain-lain.
Bisa dikatakan bahwa tema merupakan nyawa atau ruh dari setiap cerpen. Sarana
cerita adalah metode pengarang untuk memilih dan menyusun detail atau
bagian-bagian cerita, agar tercapai pola yang bermakna. Tujuan sarana cerita
ini adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui sudut pandang
pengarang. Sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa,
simbol-simbol, imajinasi dan juga cara pemilihan judul di dalam karya sastra. Sudut
pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai
sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang
membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Analisis ini akan
membahas unsur-unsur intrinsik yang akan diurutkan sesuai dengan teori Robert
Stanton yang dikemukakan diatas.
3. METODE
PENELITIAN
Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian cerpen ini adalah metode analisis
struktural. Analisis struktural adalah analisis yang menekankan pada
unsur-unsur intrinsik karya sastra.Teeuw (1991:135) mengungkapkan bahwa analisis
struktural terhadap teks sastra memiliki tujuan untuk membongkar atau mengungkapkan
keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra secara totalitas dalam menghasilkan makna.Analisis
struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen,
novel, dan roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat
di dalamnya.
4. PEMBAHASAN
A.
FAKTA
CERITA
Fakta cerita terdiri atas tokoh dan
penokohan, alur, serta latar
1. Tokoh
dan Penokohan
Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu
cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995:
165). Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita
rekaan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami
peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya
berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang
diinsankan. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan
orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca
kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti yang
diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan pengertian
di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang
mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa
dalam cerita.
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan
mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat
berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan
sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh
yang membedakannya dengan tokoh lain.
Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh
ini yang disebut penokohan. Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya.
Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih
tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan
berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut. Berdasarkan
pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran
atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang
pengarang.
Tokoh tokoh yang ada di dalam cerpen Kotak Kayu dan Kenangan
adalah Laras, Ibu (Sulastri Ningrum), Ayah, Mbok Darmi, Mantan Suami, Suster,
Tante Wati, dan Renda. Tokoh utama di dalam cerpen ini adalah Laras.
Penggambaran awal tokoh utama di dalam cerita ini bersifat antagonis, sebab
tidak tahunya tokoh utama dengan fakta mengenai Ibunya yang menyebabkan konflik
antara dia dengan Ibunya. Pembawaan dia yang temperamental sangat ditampakkan
di dalam cerpen ini, contoh penggambaran ini adalah ketika dia melihat mantan suaminya
yang ikut melayat di prosesi pemakaman Ibunya.
“Untuk apa kamu datang
ke sini?” tanyaku dengan nada emosi tapi berbisik padanya. Aku tidak ingin
perhatian orang orang yang datang beralih padaku jika kutinggikan nada suaraku.
Sisi temperamental Laras juga kembali
ditampakkan ketika dia terlibat konflik dengan Ibunya dan dia berani berdebat
dengan Ibunya dengan nada agak membentak.
“Sudah lah Bu, Laras
tidak pernah meminta apa-apa dari Ibu selama ini.” Protesku dengan nada sedikit
membentak.
Namun, setelah tokoh utama tahu fakta mengenai
Ibunya, hati dia pun luluh mulai agak sadar dan dapat memahami keadaan
sebenarnya. Penggambaran ini ada di tahap penyelesaian cerpen
ini.
Kubaca satu per satu
surat itu. Aku terkejut. Saat kutahu isi semua suratnya. Hatiku seperti terkena
bom nuklir. Hancur berkeping-keping. Aku tak percaya dengan kenyataan ini.
Begitu banyak rahasia yang Ibu sembunyikan dariku. Terutama semua hal yang
berkaitan denganku. Kini aku mengerti alasan dibalik sikap dingin Ibu kepada
Ayah.
Ibu di dalam cerita ini juga digambarkan sebagai
sosok protagonis. Meskipun tokoh utama menggambarkan sosok Ibu seperti tokoh
antagonis berdasarkan sikap dingin Ibunya itu. Memang sikap dingin Ibunya itu
dinilai kurang baik, karena pada saat suaminya sakit sikap dingin itu masih ditampakkan
oleh ibunya. Namun ada alasan tersendiri di balik pembawaan sifat ibunya itu
yang menguatkan Ibu sebagai sosok protagonis dan yang membuat tokoh utama
menjadi luluh. Hal ini digambarkan langsung melalui
perasaan Laras.
Kini aku mengerti alasan
dibalik sikap dingin Ibu kepada Ayah.
Ayah merupakan tokoh protagonis yang digambarkan
langsung oleh tokoh utama sebagai sosok yang gagah berwibawa. Selain itu
melalui dialog Ayah dengan Laras, dapat diketahui bahwa Ayah merupakan orang
yang bijak dan mencintai istrinya apa adanya.
Berikut adalah penggambarannya
Itu kata terakhir
sebelum Ayah benar-benar pergi. Aku heran pada Ayah. Bagaimana ia dapat
mencintai Ibu begitu dalam dan sempurna. Tanpa mempermasalahkan sikap Ibu yang
begitu dingin padanya. Menurut Ayah, sikap dingin Ibu itu merupakan bentuk
cinta Ibu kepada Ayah. Bahkan menurutku, tidak ada sedikitpun sikap Ibu yang
mencerminkan rasa cinta
Mantan suami Laras merupakan orang yang peduli
dan sabar, hal ini dibuktikan ketika mantan suami Laras yang turut mengikuti
prosesi pemakaman Ibu Laras dan ketika dia berdialog dengan Laras yang
menggunakan emosi, dia tetap menanggapinya dengan sabar.
Berikut adalah percakapannya.
“Untuk apa kamu datang
ke sini?” tanyaku dengan nada emosi tapi berbisik padanya. Aku tidak ingin
perhatian orang orang yang datang beralih padaku jika kutinggikan nada suaraku.
“Jangan begitu lah Ras,
Ibu Sulastri itu sudah kuanggap sebagai ibuku sen. . .” belum sempat ia menyelesaikan
ucapannya. Aku langsung memotong ucapannya agar dia segera pergi dari sini
Mbok Darmi merupakan orang yang cekatan, hal ini
dapat diketahui ketika Laras meninggalkan Ibunya sebentar dan ketika kembali
masuk ke kamar Ibunya, keadaan kamar sudah kembali rapi dan bersih. Tante Wati
merupakan orang yang memberikan surat wasiat dari Ibunya kepada Laras, maka
tentu saja Tante Wati merupakan orang yang amanah. Tokoh suster merupakan orang
yang professional bekerja, hal ini dibuktikan ketika Laras bertanya kepada
suster itu, dan suster itu dapat langsung menjawabnya sesuai fakta yang ada. Di
akhir cerita ada tokoh Renda sabahat Laras yang tersenyum kepada Renda ketika
mereka bertemu dan ketika Laras memeluk Renda, dia juga membalas pelukan Laras.
2. Alur
(Plot)
Stanton (1965:14) mengemukakan bahwa
plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau meyebabkan
terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (1966:14) mengemukakan plot sebagai
peristiwa-peristwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana
karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab
akibat. Forster juga telah mengemukakan hal yang senada. Plot, kata Forster
(1970 (1927) : 93) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan
pada adanya hukum kausalitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa plot adalah
rangkaian peristwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat (kausalitas).
Plot yang dipakai di dalam cerpen
Kotak Kayu dan Kenangan adalah plot sorot balik (Flashback). Hal ini karena, tahapan
awal dari cerpen ini mengenalkan kepada pembaca bahwa sosok ibu tokoh utama
sudah meninggal. Setelah tahap pengenalan selesai, tahap selanjutnya
menceritakan ketika Ibu masih hidup dan dalam kondisi sakit. Di tahap inilah
konflik antara tokoh utama (Laras) dan Ibunya terjadi. Pada tahap penyelesaian cerita, Laras
kembali mengingat masa lalunya yaitu ketika Ayah dan Ibunya masih hidup,
sehingga plot pun kembali mundur lebih jauh lagi.
Di dalam cerpen ini, tahap
penyituasian yang berisi pengenalan latar tempat dan tokoh utama ada di paragraf
pertama dan kedua. Cerpen ini memiliki tipikal menaruh konflik di awal cerita,
sehingga tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, dan tahap klimaks
sangat kuat di awal. Ketiga tahap ini dibangun mulai dari perdebatan Laras
dengan Ibunya, hingga Ibunya telah dinyatakan meninggal dan memunculkan konflik
lain ketika Laras melihat mantan suaminya ikut prosesi pemakamannya. Setelah
itu, penulis membawa pembaca kepada kenangan Laras. Pada bagian inilah tahap
penyelesaian terus dibangun hingga cerpen ini selesai. Kekuatan plot di dalam
cerpen ini memang ada di konflik yang dibuka di awal dan tahap penyelesaian
yang berlangsung panjang dengan membawa pembaca kepada kenangan Laras dan fakta
yang menjawab problema yang dialami Laras
3.
Latar
Latar/setting merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya
sebuah cerita (Wiyanto, 2002:28). Dalam karya sastra setting merupakan
satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan
dapat menentukan situasi umum sebuah karya (Abrams, 1981:1975) dalam (Fananie.
2002:95) . Nurgiyantoro (2002:216 dalam Santosa, 2011:7) menyatakan bahwa
setting adalah dasar, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan
lingkungan sosial temapat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.
Saling melengkapi, Hayati (1990:10) berpendapat setting (landasan tumpu) cerita
adalah gambaran temapat waktu atau segala situasi di tempat terjadinya
peristiwa. Setting ini erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu
peristiwa. Oleh sebab itu setting sangat mendukung plot cerita. Di samping itu
setting juga sangat mempengaruhi suasana, peristiwa, pokok persoalan dalam
cerita, dan tema cerita. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi
situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting hakikatnya
tidaklah hanya sekedar menyatakan dimana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa
berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, krakter,
perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu naskah ditulis. Dari kajian
setting dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara pelaku dan
watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakat,
kondisi wilayah, letak geografis, struktur sosial juga akan menentukan
watak-watak atau karakter tokoh tertentu. Pada umumnya
latar tempat, latar waktu, dan latar suasana merupakan latar yang dikenal
banyak orang
Latar tempat
di dalam cerpen ini sebagian besar ada di rumah yang juga meliputi kamar dan
halaman rumah. Namun, latar tempat yang lain juga tetap ada seperti rumah sakit
dan tempat pemakaman. Latar waktu di dalam cerpen ini kebanyakan tidak menerangkan
atau menggambarkan latar waktu pagi siang sore maupun malam. Namun, lebih
mengarah ke hari bulan atau tahun seperti, sebulan yang lalu, hampir dua
minggu, satu tahun semenjak terakhir kali Ibu melihat Laras, dan sehari setelah
proses pemakaman Ibu. Latar suasana di cerpen ini ada beberapa macam. Di awal
cerita suasana digambarkan panas melalui perdebatan Laras dengan Ibunya,
suasana duka juga tergambar di awal cerita karena ternyata Laras telah bercerai
dengan suaminya. Suasana duka terus berlanjut hingga ketika Ibunya meninggal.
Suasana panas kembali tampak ketika Laras bertemu dengan mantan suaminya di
pemakaman. Ketika cerita memasuki tahap penyelesaian suasana pun berganti ke
penuh haru. Hal ini dapat tergambar dari tokoh utama yang mengenang dan
mengingat kembali kenangan dia bersama Ayah Ibunya melalui media rumah itu
sendiri. Suasana haru terus berlanjut hingga akhir cerita atau ketika tokoh
utama mengetahui fakta sebenarnya mengenai keluarganya.
- TEMA
Tema
merupakan unsur yang begitu penting dalam pembentukan sebuah karya prosa,
karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan suatu
cerita. Sedangkan menurut Rusyana:1988, tema adalah dasar cerita atau pandangan
hidup yang membangun pemikiran utama dalam konteks karya sastra. Terdapat
beberapa jenis dalam tema, diantaranya adalah:
a. Tema
menurut pokok pembicaraannya
·
Tema jasmaniah
·
Tema organik
·
Tema sosial
·
Tema egoik
·
Tema ketuhanan
b. Tema
menurut ketradisiannya
·
Tema tradisional
·
Tema nontradisional
c. Tema
menurut cakupannya
·
Tema pokok (mayor)
·
Tema tambahan (minor)
Pada
cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari.
Tema yang digunakan dalam konteks pokok pembicaraannya adalah tema organik.
Tema organik merupakan tema yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral
manusia, yang wujudnya tentang hubungan antar manusia. Cerpen tersebut
menceritakan tentang tentang seorang perempuan yang membenci ibunya, karena
ketika sang ayah sakit dan dibawa ke rumah sakit ibunya seolah-olah tidak
peduli dengan kondisi ayahnya. Ketika sang ayah meninggal dunia, perempuan yang
bernama Laras meninggalkan ibunya dan memilih tinggal bersama suaminya. Saat
hamil dua bulan, Laras mendapati suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan
berujung perceraian. Ketika sang ibu sedang sakit parah, Laras mendatangi
ibunya ke rumah sakit untuk meminta warisan. Setelah ibunya meninggal, sang ibu
memberikan wasiat yang isinya semua harta diberikan kepada Laras. Lalu Laras
pergi ke kamar ibunya dan menemukan kotak kayu yang berisi rahasia dan kenangan
yang tidak diketahui oleh Laras. Setelah mengetahuinya hati Laras hancur
berkeping-keping.
Moral
yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah hormatilah dan jangan pernah
membenci orang tua, walaupun seburuk apapun akan tetap menjadi orang tuamu.
Karena sesungguhnya orang tua lebih menyayangi anaknya daripada dirinya
sendiri, orang tua berjuang mati-matian demi anaknya.
- SARANA
CERITA
1. Gaya
bahasa
Gaya
bahasa merupakan cara pengarang untuk menguraikan dan mengekspresikan sebuah
cerita sehingga dapat menghasilkan gambaran tertentu. Sedangkan menurut Leech dan Short
: 1981, Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam
konteks tertentu oleh orang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada beberapa gaya bahasa yang digunakan, diantaranya adalah :
·
Hiperbola
·
Asosiasi atau
perumpamaan
·
Metafora
·
Personifikasi
·
Ironi atau
sindiran halus
·
Sinisme
·
Sarkasme
Pada
cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari. Ada
beberapa gaya bahasa yang digunakan diantaranya adalah gaya bahasa sinisme.
Sinisme adalah sebuah sindiran yang sedikit kasar dan disampaikan langsung
kepada orang yang di sindir. Gaya bahasa ini terdapat pada kalimat “Bahkan
kabar perceraianmu saja, ibu harus tahu dari tante wati. Kau anggap ibu apa,
nak? Orang lain?”. Kalimat tersebut merupakan sindiran yang langsung diucapkan
oleh sang ibu kepada Laras.
Dan
juga terdapat gaya bahasa ironi atau sindiran halus. Ironi menyatakan hal yang menentang dengan maksud yang
digunakan untuk menyindir seseorang tetapi dengan cara yang halus.
Gaya bahasa ini terdapat pada kalimat
“Ck, air mata buaya. Tak usah kau sesali Bu, memang ini kan yang Ibu
harapkan dari Ayah.”
2. Sudut
pandang
Sudut
pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam suatu cerita. Sedangkan
menurut Atar Semi (1988:51) sudut pandang adalah posisi dan penobatan diri
seseorang pengarang dalam ceritanya, atau dari mana seorang pengarang melihat
peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah cerita. Adapun jenis-jenis sudut pandang
adalah sudut pandang orang pertama, kedua dan ketiga.
Pada
cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari ini
pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Artinya
pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh Laras yang ditandai dengan
penggunaan kata Aku pada cerpen yang telah di buat. Seperti pada paragraf ke
dua “Sejak kematian ibu sebulan lalu, aku jarang sekali menginap di rumah ini.”
3. Simbol
Simbol
merupakan sebuah lambang yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan menurut
Endraswara (2011:65) simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan
yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan
sosial tertentu.
Pada cerpen yang
berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari ini terdapat
beberapa simbol yang ditulis pengarang, diantaranya yaitu :
a.
Pakaian serba hitam
Simbol
ini terdapat pada kalimat “Semua orang dengan pakaian serba hitam berhamburan
keluar masuk rumahku.” Simbol pakaian serba hitam ini bermakna pakaian untuk
ngelayat saat ada orang meninggal yang menandakan kesedihan atau rasa bela
sungkawa, makaian hitam sangat umum untuk di pakai untuk ngelayat atau
takziyah.
b.
Karangan bunga duka cita
Simbol
ini terdapat pada kalimat “Karangan bunga duka cita kini penuh sesak di halaman
dean.” Simbol karangan bunga duka cita ini bermakna ucapan bela sungkawa kepada
keluarga yang ditinggalkan sekaligus sebagai penghormatan terakhir yang
ditujukan kepada orang yang meninggal.
5. KESIMPULAN
Setelah
melakukan analisis terhadap cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan”
karya Devi Putri Yulitasari, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Fakta
cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur dan latar. Tokoh dalam cerpen
tersebut adalah Laras, Ibu (Sulastri Ningrum), Ayah, Mbok Darmi, Mantan Suami,
Suster, Tante Wati dan Renda. Tokoh utamanya adalah Laras. Plot atau alur yang
digunakan dalam cerpen ini adalah alur sorot balik (flashback) hal ini dibuktikan
dengan adanya penceritaan kembali ketika ibunya tokoh Laras masih hidup, dan
plot juga kembali mundur ketika Ayah dan Ibunya masih hidup. Sedangkan latar
dalam cerpen ini meliputi latar tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat di dalam cerpen ini sebagian besar
ada di rumah yang juga meliputi kamar dan halaman rumah. Namun, latar tempat
yang lain juga tetap ada seperti rumah sakit dan tempat pemakaman. Latar waktu
di cerpen ini adalah sebulan yang lalu, hampir dua minggu, satu tahun semenjak
terakhir kali Ibu melihat Laras, dan sehari setelah proses pemakaman Ibu.
Latar suasana tema ini diawali dengan suasana tegang atau panas, lalu muncul
suasana haru ketika tahu bahwa Laras telah bercerai, fakta bahwa Ibunya
bersikap dingin hingga Ayahnya meninggal dan ketika Laras telah mengetahui alasan
dari munculnya problema yang ada di keluarnya, serta suasana duka terbangun di
cerita ini ketika orang tuanya meninggal. Tema yang dimuat dalam cerpen ini adalah keluarga dan dengan
sedikit tema cinta di dalamnya . Sedangkan menurut jenis tema, cerpen ini termasuk
pada tema organik. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sinisme dan
ironi. Pada cerpen ini sudut pandang pengarang adalah orang pertama sebagai
pelaku utama yang ditandai dengan kata “Aku”. Dan juga terdapat beberapa
simbol, diantaranya adalah pakaian serba hitam dan karangan bunga duka cita.
DAFTAR
PUSTAKA
·
Aminuddin. 2011. PengantarApresiasiKaryaSastra. Bandung :
SinarBaruAlgesindo
·
Nurgiyantoro,
Burhan. 2013. TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta : GadjahMada University Pres