Selasa, 22 Oktober 2019

PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS DALAM PUISI “BERTOPENG JANJI” KARYA BHEA SUKMA M.P


MAKALAH
PENDEKATAN SOSIOPSIKOLOGIS DALAM PUISI “BERTOPENG JANJI” KARYA BHEA SUKMA M.P
Makalah ini disusun guna menyelesaikan Mata Kuliah Apresiasi Puisi yang dibimbing oleh Siswanto, S.Pd.,M.A.

Disusun Oleh :
Kelompok 3

  1. Rika Wahyu Utami               180210402097
  2. Bagas Yudha Prawira          180210402099
  3. Mohammad Khoifullah        180210402100



PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Karya sastra merupakan hal yang indah dan disukai banyak orang. Sebagai kekuatan karya sastra maka setiap karya sastra memiliki ciri dan keunikan masing-masing.  Salah satu unsur yang terkandung dalam sebuah karya sastra adalah unsur kehidupan sosial-budaya serta ragam sikap pengarang terhadapnya (Aminuddin, 2004:186). Setiap pengarang memiliki pandangan berbeda terhadap realita sosial yang terdapat di sekelilingnya. Pengarang pun memiliki ciri khas tersendiri dalam menyajikannya. Dalam hal penyajian, penyair pun mempunyai hak mencipta, sehingga hasil ciptaan dari setiap penyair pun akan memiliki kekuatan yang berbeda-beda dalam penyajiannya. Hak mencipta bagi pengarang bersifat tak terbatasi, sehingga pengarang bisa menggambarkan apapun dalam bentuk yang bagaimanapun. Hal inilah yang memunculkan ciri khas masing-masing dari setiap karya sastra
Puisi dikatakan sebagai karya sastra yang paling unik karena tercipta dari kontemplasi terdalam penyairnya. Hal inilah yang juga memunculkan sisi menarik yang ada di dalam puisi itu. Melalui kontemplasi yang dalam dari setiap penyair, tentu setiap puisi akan memiliki nilai keindahan tersendiri. Nilai keindahan ini bisa muncul dari mana saja tidak terkecuali pada makna yang terkandung di dalam puisi. Apabila makna yang terkandung di dalam puisi itu telah diketahui, maka akan banyak nilai keindahan yang bisa diambil. Namun, dalam memahami maknanya, ada beberapa cara yang harus di lakukan, antara lain dengan menganalisis pendekatan yang terkandung di dalam puisi tersebut. Seperti halnya pada puisi yang berjudul " Bertopeng Janji" karya Bhea sukma yang akan di analisis dengan menggunakan pendekatan Sosiopsikologi.
B.     Rumusan Masalah
1.    Apakah yang di maksud dengan pendekatan Sosiopsikologi?
2.    Apakah makna yang terkandung di dalam puisi " Bertopeng Janji " karya Bhea Sukma dengan menggunakan pendekatan Sosiopsikologis?
C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui apa yang di maksud dengan Pendekatan Sosiopsikologi
2.    Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam puisi "Bertopeng Janji" dengan menggunakan pendekatan Sosiopsikologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Pendekatan Sosiopsikologis
Pendekatan sosiopsikologis adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang terhadap lingkungan kehidupannya atau zamannya pada saat cipta sastra diwujudkan. Aminuddin (2004: 186) berpendapat bahwa puisi dan prosa fiksi bisa dikaji dengan menggunakan ilmu sosiopsikologi. Pengertian sosiopsikologis adalah sebuah ilmu interdisipliner yang terdiri dari ilmu sosiologis dan psikologis. Ilmu interdisipliner ini merupakan gabungan dari ilmu sosiologi dan psikologis. Ilmu sosiologi digunakan sebagai alat mengkaji bidang-bidang sosial budaya yang terdapat dalam karya sastra. Adapun gejala psikis dapat dianalisis dengan ilmu psikologi.
Sosiologi sastra adalah cabang penelitian yang reflektif (Endraswara, 2003: 77-81). Sastra akan dipandang sebagai cermin dari kehidupan yang ada di masyarakat. Asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa kehidupan sosial akan melahirkan berbagai karya sastra. Karya sastra dianggap baik ketika mampu mewakili zamannya. Pendapat serupa juga disampaikan oleh Dharma (dalam Rokhman, 2003: 60-65) yakni proyek sosiologi adalah masyarakat. Naskah-naskah sastra bersumber dari realita yang ada di masyarakat, dan akan kembali kepada masyarakat
B.     Analisis  Unsur Sosiopsikologis dalam Puisi Bertopeng Janji
Bertopeng Janji
Aku melihatmu malam ini
Ku amati dengan seksama
Tiap kata dari bibirmu begitu manis
Ku dengar kalimat pembangunan di celah janji palsu
Seakan perubahan hanya sekejap mata

Aku melihatmu malam ini
Ku amati dengan seksama
Tiap kalimatmu menyimpan sejuta misteri
Dimana letak nuranimu saat pembangunan yang kau janjikan
Hanya jadi mimpi indah kami
Dimana letak keadilan saat uangmu menjarah
Kantong-kantong Hakim dipengadilan
Anak- anakmu hanya ingin diantar mobil kesekolahnya
Hingga raib anggaran disaku bajumu

Bak menelan pil pahit dalam mulut
Perubahan masih belum terjadi
Tangan yang melambai di keriuhan pasar
Hanyalah topeng tuk dapat partisipan
Naif
Ya memang  naif, semua hanya karena kepentinganku
Sampai rakyat terlantar di tanganmu
1.      Hubungan antara Kehidupan Sosial Masyarakat dengan Gagasan Puisi
Puisi " Bertopeng Janji " karya Bhea Sukma merupakan sebuah puisi yang berisi kritik dan ungakapan rasa kecewa terhadap para pemerintah yang gila akan jabatan, sementara janji hanayalah menjadi janji manis belaka. Dalam puisi di atas pengarang menggambar tentang rasa kecewa yang begitu dalam akan janji para pemerintah untuk mengadakan pembangunan serta perubahan yang seakan akan benar akan terjadi. Namun setelah mereka menduduki kursi jabatan mereka lupa akan hak kewajiban dan janji yang telah mereka ucapkan. Dalam puisi di atas pengarang juga menggambarkan tentang kehidupan para pemerintah yang serba berkecukupan tanpa melihat kehidupan masyarakat kecil yang menderita hanya karena demi kepentingan mereka. Mereka lupa bahwa tanpa suara rakyat mereka bukanlah siapa-siapa.
Keadaan sosial seperti yang di gambarkan dalam puisi diatas memang benar-benar terjadi pada saat itu bahkan sampai pada  kehidupan sekarang.Pada saat ini banyak para calon pemimpin memaparkan program unggulannya kepada masyarakat untuk mendapat dukungan yang bisa mengantarkannya ke gerbang kemenangan.Terkadang mereka mengeluarkan jurus pamungkasnya, dengan mengumbar janji manisnya. Mereka berharap bisa meraih simpati dari masyarakat dan memilihnya sebagai pemimpin di masa mendatang.Namun ketika mereka telah terpilih dan menduduki kursi jabatan mereka lupa mereka enggan akan memenuhi janji-janji mereka hingga rakyat pun menderita menjadi korban karena janji manis mereka.Penggambaran sosial masyarakat saat itu masih sama seperti saat ini. Jadi dapat kita simpulakan bahwa terdapat hubungan antara gagasan pengarang dalam puisi dengan kehidupan sosial masyarakat saat puisi itu di buat.
2.      Hubungan antara Kehidupan Sosial Masyarakat dalam Puisi
Hubungan kehidupan masyarakat baik itu secara individual ataupun kelompok dapat menjadi bahan penciptaan suatu puisi. Dalam puisi Bertopeng Janji, kehidupan sosial masyarakat diangkat menjadi suatu cipta puisi. Kondisi sosial masyarakat yang ada hubungannya dengan permasalahan politik yang sedang terjadi merupakan hal yang ditekankan di puisi. Untuk menafsirkan hubungannya dengan kehidupan sosial masyarakat dapat kita lakukan dengan cara menganalisis judul puisinya terlebih dahulu. Judul dari puisi tersebut adalah Bertopeng Janji: secara konotatif bertopeng itu artinya seseorang yang dimaksud di dalam puisi itu tidak menampakkan tampilan sebenarnya dari dirinya, yang dia tampakkan kepada orang lain merupakan tampilan dari topengnya tersebut. Sedangkan janji sebagai media yang digunakan orang itu untuk menyembukan tampilan aslinya. Judul bertopeng janji ini setidaknya menggambarkan bahwa seperti inilah realita politik yang terjadi saat ini. Dengan janji menarik yang ditampakkan kepada masyarakat, masyarakat menjadi terlena dengan apa yang ditampakkan itu dan menaruh harapan berlebih kepada para pelaku politik tersebut. Sedangkan janji itu hanyalah sebuah topeng atau penutup tampilan sebenarnya dari para pelaku politik agar mereka memperoleh pengikut sehingga bisa terpilih dan secara tidak langsung juga sebenarnya hal ini untuk kepentingan pribadinya.
Selanjutnya, isi dari puisi tersebut tentu berhubungan dengan judul puisinya. Penyair dalam puisi Bertopeng Janji mengemukakan bahwa pada saat itu terdapat suatu fenomena sosial yang berhubungan dengan keadaan politik yang sedang terjadi. Fenomena itu adalah ketika para pelaku politik bermain dengan kata-kata yang dikemas menjadi sebuah janji yang disalurkan kepada masyarakat. Janji itu bisa banyak hal, namun janji di puisi ini berupa pembangunan
“Tiap kata dari bibirmu begitu manis
Ku dengar kalimat pembangunan di celah janji palsu
Seakan perubahan hanya sekejap mata”
Pada bait kedua, puisi ini berfokus setelah janji yang diberikan oleh pelaku politik itu tidak ada hasilnya, hanya sebuah harapan dan angan-angan. Selain janji yang tidak ada pembuktiannya, apa yang mereka tampakkan tidaklah sesuai ekspektasi masyarakat. Ekspektasi awal masyarakat tentunya berdasarkan janjinya itu, namun faktanya jauh  dari itu semua Seperti yang diungkapkan dalam beberapa larik dibawah ini.
“Dimana letak nuranimu saat pembangunan yang kau janjikan
Hanya jadi mimpi indah kami
Dimana letak keadilan saat uangmu menjarah
Kantong-kantong Hakim dipengadilan
Anak- anakmu hanya ingin diantar mobil kesekolahnya
Hingga raib anggaran disaku bajumu”
      Pada bait terakhir, puisi ini menggambarkan ketika janji yang diberikan itu tidak ada hasilnya. Atas dasar hal inilah akhirnya masyarakat tahu bahwa janji yang mereka gebu-gebukan di awal hanyalah usaha untuk mendapatkan pendukung dan untuk kepentingan mereka. Sehingga hal ini pun dapat menyebabkan kerugian yang menimpa kepada masyarakat.
3.      Sikap Penyair terhadap Corak Kehidupan Sosial Masyarakatnya
Sikap pengarang terhadap corak kehidupan sosial masyarakat juga terasa di puisi ini. Hal ini mengenai perasaan penyair juga yang menyaksikan dan turut merasakan atas fenomena politik ini. Pada larik dibawah ini dapat dilihat sikap penyair terhadap keadaan sosial politik yang terjadi.
Aku melihatmu malam ini
Ku amati dengan seksama
Tiap kalimatmu menyimpan sejuta misteri
Dimana letak nuranimu saat pembangunan yang kau janjikan
Hanya jadi mimpi indah kami
Dimana letak keadilan saat uangmu menjarah
Kantong-kantong Hakim dipengadilan
Anak- anakmu hanya ingin diantar mobil kesekolahnya
Hingga raib anggaran disaku bajumu
Dari penggalan bait diatas dapat kita simpulkan bahwa pengarang adalah orang yang melihat dan mengamati perkembangan pemerintah dari masa awal pemerintahan sampai sekarang. Pada masa awal pemerintahan,  pihak pemerintah mengumbar janji-janji manis berupa pembangunan, tetapi sampai sekarang janji itu belum ditepati, pemerintah hanya membuat janji-janji palsu. Pada larik Dimana letak nuranimu saat pembangunan yang kau janjikan, Hanya jadi mimpi indah kami.” Pengarang mengungkapkan kekecewaannya kepada pemerintah dan menganggap janji-janji hanya sebatas mimpi  belaka. Pada larik “Dimana letak keadilan saat uangmu menjarah. Kantong-kantong Hakim dipengadilan. Anak- anakmu hanya ingin diantar mobil kesekolahnya. Hingga raib anggaran disaku bajumu.”  Pengarang menanyakan keadilan, karena dana yang seharusnya digunakan untuk pembangunan malah dimakan para pejabat-pejabat pemerintahan. Artinya dana yang digunakan untuk pembangunan dikorupsi oleh pemerintah.
Dari semua yang diungkapkan diatas sikap penyair sangat kecewa. Ia sangat kecewa kepada pemerintah. Ia mengharapkan pembangunan dilaksanakan, tetapi nyatanya hingga saat ini janji pembangunan itu tidak dilaksanakan.
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Puisi bertopeng janji ini merupakan puisi yang didasari atas fenomena politik yang seringkali dirasakan oleh masyarakat. Fenomena itu berupa para pelaku politik yang gemar mengumbar janji-janji manis di awal sebagai sarana atas dirinya untuk mendapat pengikut. Jelas bahwa hal ini merupakan kepentingan pribadi. Namun, pada kenyataannya janji-janji itu tidak ditepati. Justru apa yang mereka tampakkan kepada masyarakat setelah mereka resmi menjadi kepercayaan rakyat jauh dari ekspektasi masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan munculnya rasa kecewa pada masyarakat tidak terkecuali penyair puisi ini

Daftar Pustaka
·      Aminuddin. 2011. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
·      Aini Nuril. 2016. Analisis Pemahaman Unsur Sosiopsikologis dalam Puisi Afrizal Malna [internet] di https://www.academia.edu/30506143/Analisis_Pemahaman_Unsur_Sosiopsikologis_dalam_Puisi_Afrizal_Malna

Minggu, 20 Oktober 2019

Strukturalisme Robert Stanton Analisis Cerpen "Kotak Kayu dan Kenangan" Karya Devi Putri Yulitasari


MAKALAH
STRUKTURALISME ROBERT STANTON ANALISIS CERPEN “KOTAK KAYU DAN KENANGAN” KARYA DEVI PUTRI YULITASARI
Makalah ini disusun guna menyelesaikan Mata Kuliah Apresiasi Prosa yang dibimbing oleh Siswanto, S.Pd.,M.A.


Disusun Oleh :
Kelompok 3

  1. Rika Wahyu Utami               180210402097
  2. Bagas Yudha Prawira          180210402099
  3. Mohammad Khoifullah        180210402100



PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019



Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha  Esa yang telah memberikan Rahmat serta hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “STRUKTURALISME ROBERT STANTON ANALISIS CERPEN “KOTAK KAYU DAN KENANGAN” KARYA DEVI PUTRI YULITASARI.” Penyusunan makalah ini guna memenuhi tugas Mata Kuliah Apresiasi Prosa.
Kami berharap makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan khususnya dalam bidang pembelajaran yang terkait dengan Apresiasi Prosa serta pembaca dapat mengetahui proses analisis suatu cerita fiksi. Dalam makalah ini penulis menganalisis menggunakan pendekatan analisis strukturalisme yaitu lebih menekankan pada unsur instrinsik dari cerita fiksi tersebut. Berdasarkan teori Stanton ada tiga hal yang dapat penulis analisis yaitu dari tema, fakta (terdiri dari karakter, plot, dan latar), dan sarana cerita (terdiri dari gaya nahasa dan simbol). Penulis memilih cerpen “Kotak Kayu dan Kenangan" karya Devi Putri Yulitasari karena cerpen tersebut sangat menarik untuk penulis analisis. Cerita fiksi yang dapat menyentuh hati pembaca
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan makalah kami. Kritik serta saran kami butuhkan guna perbaikan dalam penyusunan makalah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswanto, S.Pd.,M.A. Selaku dosen pengampu Mata Kuliah Apresiasi Prosa kelas C yang telah memberikan bimbingan dan pembelajaran dalam penyusunan makalah ini.


Jember,  21 Oktober 2019


Penyusun



1.    PENGANTAR
Karya sastra merupakan sebuah bentuk seni yang dituangkan melalui bahasa. Karya sastra terdiri dari beragam bentuk, yaitu puisi, prosa maupun drama. Prosa dapat berupa novel dan cerpen. Sebuah karya sastra dianggap sebagai bentuk ekspresi dari sang pengarang. Sastra itu dapat berupa kisah rekaan melalui pengalaman batin (pemikiran dan imaginasinya), maupun pengalaman empirik (sebuah potret kehidupan nyata baik dari sang penulis ataupun realita yang terjadi di sekitarnya) dari sang pengarang.
Menurut Mukarovsky, E.E. Cummings, dan Sjklovski, Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik antara aspek kebahasaan maupun aspek makna. Memahami sebuah karya sastra berarti seseorang harus mampu memaknai karya sastra tersebut. Memaknai sebuah karya sastra yang paling dasar adalah dengan cara “menganalisis unsur-unsur pembangunnya”.Unsur-unsur yang terdapat dalam karya sastra terbagi menjadi unsur-unsur ekstrinsik dan intrinsik.Selain itu memaknai karya satra dapat dilakukan melalui kajian-kajian terhadap karya sastra dari berbagai sudut pandang.
Karya sastra cerpen lebih singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novella dan novel.Menurut Sumardjo dan Saini, "cerpen adalah cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi, tetapi bisa saja terjadi kapanpun serta dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek dan singkat".
Salah satu contoh cerpen yang akan di analasis adalah cerpen berjudul" Kotak Kayu dan Kenangan" karya Devi Putri Yulitasari. Cerpen ini menarik untuk di bahas karena menceritakan sebuah konflik di dalam sebuah keluarga yaitu seorang anak yang membenci ibunya karena ia beranggapan bahwa ibunya terlalu tidak peduli dengan keadaan keluarganya saat itu, namun di akhir cerita diketahui bahwa sang ibu tersebut memiliki alasan tersendiri mengapa ia harus bersikap seakan tak perduli pada keluarganya.  Sebagai bentuk karya sastra, cerpen “Kotak Kayu dan Kenangan” merupakan sebuah karya sastra yang dibangun dari unsur-unsur yang saling berkaitan dan bermakna. Oleh karena itu, untuk mengetahui unsur-unsur yang membangun dan makna yang terkandung di dalam cerpen “Kotak Kayu dan Kenangan” digunakan teori analisis struktural Robert Stanton.
2.    LANDASAN TEORI
Penelitian dengan menganalisis unsur-unsur intrinsik pada cerpen " Kotak Kayu dan Kenangan" ini akan menggunakan teori analisis struktural.Teeuw (1991:135) mengungkapkan bahwa analisis struktural terhadap teks sastra memiliki tujuan untuk membongkar atau mengungkapkan keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra secara totalitas dalam menghasilkan makna. Analisis struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel, dan roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalamnya.
Robert Stanton membagi unsur intrinsik karya sastra menjadi tiga bagian, yaitu fakta cerita (fact), tema (theme) dan sarana cerita (literary devices). Menurut Stanton, fakta cerita adalah elemen-elemen yang berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Fakta cerita terdiri atas karakter (character), alur (plot), dan latar (setting).
Dalam karakter (tokoh penokohan)Tokoh merupakan para pemain atau orang-orang yang terlibat di dalam sebuah cerita pendek.Di dalam setiap cerita pendek terdapat dua jenis tokoh, yaitu tokoh utama dan tokoh pembantu/ tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang berinteraksi langsung dengan konflik. Sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang diungkapkan dalam cerpen namun tidak terlibat langsung dengan konflik.Alur adalah urutan peristiwa dalam sebuah cerita yang sambung menyambung berdasarkan hubungan sebab-akibat. Pemahaman alur akan memudahkan kita memahami peristiwa dalam sebuah cerita.Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra.
Tema adalah gagasan utama atau ide pikiran yang melatarbelakangi suatu cerita pendek. Semua karya tulis harus memiliki tema tertentu agar dapat menyampaikan isi pesan dari sebuah tulisan.Tema cerpen bisa bermacam-macam, mulai dari tema umum, isu masyarakat, kisah pribadi pengarang, kisah percintaan, dan lain-lain. Bisa dikatakan bahwa tema merupakan nyawa atau ruh dari setiap cerpen. Sarana cerita adalah metode pengarang untuk memilih dan menyusun detail atau bagian-bagian cerita, agar tercapai pola yang bermakna. Tujuan sarana cerita ini adalah agar pembaca dapat melihat fakta-fakta cerita melalui sudut pandang pengarang. Sarana cerita terdiri atas sudut pandang, gaya bahasa, simbol-simbol, imajinasi dan juga cara pemilihan judul di dalam karya sastra. Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Analisis ini akan membahas unsur-unsur intrinsik yang akan diurutkan sesuai dengan teori Robert Stanton yang dikemukakan diatas.
3.    METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian cerpen ini adalah metode analisis struktural. Analisis struktural adalah analisis yang menekankan pada unsur-unsur intrinsik karya sastra.Teeuw (1991:135) mengungkapkan bahwa analisis struktural terhadap teks sastra memiliki tujuan untuk membongkar atau mengungkapkan keterkaitan unsur-unsur dalam teks sastra secara totalitas dalam menghasilkan makna.Analisis struktural merupakan hal yang harus dilakukan untuk memahami prosa (baik cerpen, novel, dan roman) yaitu dengan memahami struktur fisik dan struktur batin yang terdapat di dalamnya.
4.    PEMBAHASAN
A.    FAKTA CERITA
Fakta cerita terdiri atas tokoh dan penokohan, alur, serta latar
1.      Tokoh dan Penokohan
Menurut Aminudin (2002: 79) tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangnya, pelaku cerita (Nurgiyantoro, 1995: 165). Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita rekaan. Menurut Sudjiman (1988: 16) tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga berwujud binatang atau benda yang diinsankan. Menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro 1995:165) tokoh cerita merupakan orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan. Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang mengalami peristiwa dalam cerita.
Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain.
Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan. Penokohan dan perwatakan sangat erat kaitannya. Penokohan berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya serta memberi nama tokoh tersebut, sedangkan perwatakan berhubungan dengan bagaimana watak tokoh-tokoh tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat dikatakan bahwa penokohan adalah penggambaran atau pelukisan mengenai tokoh cerita baik lahirnya maupun batinnya oleh seorang pengarang.
Tokoh tokoh yang ada di dalam cerpen Kotak Kayu dan Kenangan adalah Laras, Ibu (Sulastri Ningrum), Ayah, Mbok Darmi, Mantan Suami, Suster, Tante Wati, dan Renda. Tokoh utama di dalam cerpen ini adalah Laras. Penggambaran awal tokoh utama di dalam cerita ini bersifat antagonis, sebab tidak tahunya tokoh utama dengan fakta mengenai Ibunya yang menyebabkan konflik antara dia dengan Ibunya. Pembawaan dia yang temperamental sangat ditampakkan di dalam cerpen ini, contoh penggambaran ini adalah ketika dia melihat mantan suaminya yang ikut melayat di prosesi pemakaman Ibunya.
“Untuk apa kamu datang ke sini?” tanyaku dengan nada emosi tapi berbisik padanya. Aku tidak ingin perhatian orang orang yang datang beralih padaku jika kutinggikan nada suaraku.
Sisi temperamental Laras juga kembali ditampakkan ketika dia terlibat konflik dengan Ibunya dan dia berani berdebat dengan Ibunya dengan nada agak membentak.
“Sudah lah Bu, Laras tidak pernah meminta apa-apa dari Ibu selama ini.” Protesku dengan nada sedikit membentak.
Namun, setelah tokoh utama tahu fakta mengenai Ibunya, hati dia pun luluh mulai agak sadar dan dapat memahami keadaan sebenarnya. Penggambaran ini ada di tahap penyelesaian cerpen ini.
Kubaca satu per satu surat itu. Aku terkejut. Saat kutahu isi semua suratnya. Hatiku seperti terkena bom nuklir. Hancur berkeping-keping. Aku tak percaya dengan kenyataan ini. Begitu banyak rahasia yang Ibu sembunyikan dariku. Terutama semua hal yang berkaitan denganku. Kini aku mengerti alasan dibalik sikap dingin Ibu kepada Ayah.
Ibu di dalam cerita ini juga digambarkan sebagai sosok protagonis. Meskipun tokoh utama menggambarkan sosok Ibu seperti tokoh antagonis berdasarkan sikap dingin Ibunya itu. Memang sikap dingin Ibunya itu dinilai kurang baik, karena pada saat suaminya sakit sikap dingin itu masih ditampakkan oleh ibunya. Namun ada alasan tersendiri di balik pembawaan sifat ibunya itu yang menguatkan Ibu sebagai sosok protagonis dan yang membuat tokoh utama menjadi luluh. Hal ini digambarkan langsung melalui perasaan Laras.
Kini aku mengerti alasan dibalik sikap dingin Ibu kepada Ayah.
Ayah merupakan tokoh protagonis yang digambarkan langsung oleh tokoh utama sebagai sosok yang gagah berwibawa. Selain itu melalui dialog Ayah dengan Laras, dapat diketahui bahwa Ayah merupakan orang yang bijak dan mencintai istrinya apa adanya. Berikut adalah penggambarannya
Itu kata terakhir sebelum Ayah benar-benar pergi. Aku heran pada Ayah. Bagaimana ia dapat mencintai Ibu begitu dalam dan sempurna. Tanpa mempermasalahkan sikap Ibu yang begitu dingin padanya. Menurut Ayah, sikap dingin Ibu itu merupakan bentuk cinta Ibu kepada Ayah. Bahkan menurutku, tidak ada sedikitpun sikap Ibu yang mencerminkan rasa cinta
Mantan suami Laras merupakan orang yang peduli dan sabar, hal ini dibuktikan ketika mantan suami Laras yang turut mengikuti prosesi pemakaman Ibu Laras dan ketika dia berdialog dengan Laras yang menggunakan emosi, dia tetap menanggapinya dengan sabar. Berikut adalah percakapannya.
“Untuk apa kamu datang ke sini?” tanyaku dengan nada emosi tapi berbisik padanya. Aku tidak ingin perhatian orang orang yang datang beralih padaku jika kutinggikan nada suaraku.
“Jangan begitu lah Ras, Ibu Sulastri itu sudah kuanggap sebagai ibuku sen. . .” belum sempat ia menyelesaikan ucapannya. Aku langsung memotong ucapannya agar dia segera pergi dari sini
Mbok Darmi merupakan orang yang cekatan, hal ini dapat diketahui ketika Laras meninggalkan Ibunya sebentar dan ketika kembali masuk ke kamar Ibunya, keadaan kamar sudah kembali rapi dan bersih. Tante Wati merupakan orang yang memberikan surat wasiat dari Ibunya kepada Laras, maka tentu saja Tante Wati merupakan orang yang amanah. Tokoh suster merupakan orang yang professional bekerja, hal ini dibuktikan ketika Laras bertanya kepada suster itu, dan suster itu dapat langsung menjawabnya sesuai fakta yang ada. Di akhir cerita ada tokoh Renda sabahat Laras yang tersenyum kepada Renda ketika mereka bertemu dan ketika Laras memeluk Renda, dia juga membalas pelukan Laras.
2.      Alur (Plot)
Stanton (1965:14) mengemukakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau meyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Kenny (1966:14) mengemukakan plot sebagai peristiwa-peristwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana karena pengarang menyusun peristiwa-peristiwa itu berdasarkan kaitan sebab akibat. Forster juga telah mengemukakan hal yang senada. Plot, kata Forster (1970 (1927) : 93) adalah peristiwa-peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hukum kausalitas. Jadi, dapat disimpulkan bahwa plot adalah rangkaian peristwa yang disusun berdasarkan hukum sebab akibat (kausalitas).
Plot yang dipakai di dalam cerpen Kotak Kayu dan Kenangan adalah plot sorot balik (Flashback). Hal ini karena, tahapan awal dari cerpen ini mengenalkan kepada pembaca bahwa sosok ibu tokoh utama sudah meninggal. Setelah tahap pengenalan selesai, tahap selanjutnya menceritakan ketika Ibu masih hidup dan dalam kondisi sakit. Di tahap inilah konflik antara tokoh utama (Laras) dan Ibunya terjadi. Pada tahap penyelesaian cerita, Laras kembali mengingat masa lalunya yaitu ketika Ayah dan Ibunya masih hidup, sehingga plot pun kembali mundur lebih jauh lagi.
Di dalam cerpen ini, tahap penyituasian yang berisi pengenalan latar tempat dan tokoh utama ada di paragraf pertama dan kedua. Cerpen ini memiliki tipikal menaruh konflik di awal cerita, sehingga tahap pemunculan konflik, tahap peningkatan konflik, dan tahap klimaks sangat kuat di awal. Ketiga tahap ini dibangun mulai dari perdebatan Laras dengan Ibunya, hingga Ibunya telah dinyatakan meninggal dan memunculkan konflik lain ketika Laras melihat mantan suaminya ikut prosesi pemakamannya. Setelah itu, penulis membawa pembaca kepada kenangan Laras. Pada bagian inilah tahap penyelesaian terus dibangun hingga cerpen ini selesai. Kekuatan plot di dalam cerpen ini memang ada di konflik yang dibuka di awal dan tahap penyelesaian yang berlangsung panjang dengan membawa pembaca kepada kenangan Laras dan fakta yang menjawab problema yang dialami Laras
3.      Latar
Latar/setting merupakan penggambaran waktu, tempat, dan suasana terjadinya sebuah cerita (Wiyanto, 2002:28). Dalam karya sastra setting merupakan satu elemen pembentuk cerita yang sangat penting, karena elemen tersebut akan dapat menentukan situasi umum sebuah karya (Abrams, 1981:1975) dalam (Fananie. 2002:95) . Nurgiyantoro (2002:216 dalam Santosa, 2011:7) menyatakan bahwa setting adalah dasar, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial temapat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Saling melengkapi, Hayati (1990:10) berpendapat setting (landasan tumpu) cerita adalah gambaran temapat waktu atau segala situasi di tempat terjadinya peristiwa. Setting ini erat hubungannya dengan tokoh atau pelaku dalam suatu peristiwa. Oleh sebab itu setting sangat mendukung plot cerita. Di samping itu setting juga sangat mempengaruhi suasana, peristiwa, pokok persoalan dalam cerita, dan tema cerita. Walaupun setting dimaksudkan untuk mengidentifikasi situasi yang tergambar dalam cerita, keberadaan elemen setting hakikatnya tidaklah hanya sekedar menyatakan dimana, kapan dan bagaimana situasi peristiwa berlangsung, melainkan berkaitan juga dengan gambaran tradisi, krakter, perilaku sosial dan pandangan masyarakat pada waktu naskah ditulis. Dari kajian setting dapat diketahui sejauh mana kesesuaian dan korelasi antara pelaku dan watak tokoh dengan kondisi masyarakat, situasi sosial dan pandangan masyarakat, kondisi wilayah, letak geografis, struktur sosial juga akan menentukan watak-watak atau karakter tokoh tertentu. Pada umumnya latar tempat, latar waktu, dan latar suasana merupakan latar yang dikenal banyak orang
Latar tempat di dalam cerpen ini sebagian besar ada di rumah yang juga meliputi kamar dan halaman rumah. Namun, latar tempat yang lain juga tetap ada seperti rumah sakit dan tempat pemakaman. Latar waktu di dalam cerpen ini kebanyakan tidak menerangkan atau menggambarkan latar waktu pagi siang sore maupun malam. Namun, lebih mengarah ke hari bulan atau tahun seperti, sebulan yang lalu, hampir dua minggu, satu tahun semenjak terakhir kali Ibu melihat Laras, dan sehari setelah proses pemakaman Ibu. Latar suasana di cerpen ini ada beberapa macam. Di awal cerita suasana digambarkan panas melalui perdebatan Laras dengan Ibunya, suasana duka juga tergambar di awal cerita karena ternyata Laras telah bercerai dengan suaminya. Suasana duka terus berlanjut hingga ketika Ibunya meninggal. Suasana panas kembali tampak ketika Laras bertemu dengan mantan suaminya di pemakaman. Ketika cerita memasuki tahap penyelesaian suasana pun berganti ke penuh haru. Hal ini dapat tergambar dari tokoh utama yang mengenang dan mengingat kembali kenangan dia bersama Ayah Ibunya melalui media rumah itu sendiri. Suasana haru terus berlanjut hingga akhir cerita atau ketika tokoh utama mengetahui fakta sebenarnya mengenai keluarganya.

  1. TEMA
Tema merupakan unsur yang begitu penting dalam pembentukan sebuah karya prosa, karena tema adalah dasar bagi seorang pengarang untuk mengembangkan suatu cerita. Sedangkan menurut Rusyana:1988, tema adalah dasar cerita atau pandangan hidup yang membangun pemikiran utama dalam konteks karya sastra. Terdapat beberapa jenis dalam tema, diantaranya adalah:
a.       Tema menurut pokok pembicaraannya
·         Tema jasmaniah
·         Tema organik
·         Tema sosial
·         Tema egoik
·         Tema ketuhanan
b.      Tema menurut ketradisiannya
·         Tema tradisional
·         Tema nontradisional
c.       Tema menurut cakupannya
·         Tema pokok (mayor)
·         Tema tambahan (minor)
Pada cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari. Tema yang digunakan dalam konteks pokok pembicaraannya adalah tema organik. Tema organik merupakan tema yang mencakup hal-hal yang berhubungan dengan moral manusia, yang wujudnya tentang hubungan antar manusia. Cerpen tersebut menceritakan tentang tentang seorang perempuan yang membenci ibunya, karena ketika sang ayah sakit dan dibawa ke rumah sakit ibunya seolah-olah tidak peduli dengan kondisi ayahnya. Ketika sang ayah meninggal dunia, perempuan yang bernama Laras meninggalkan ibunya dan memilih tinggal bersama suaminya. Saat hamil dua bulan, Laras mendapati suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan berujung perceraian. Ketika sang ibu sedang sakit parah, Laras mendatangi ibunya ke rumah sakit untuk meminta warisan. Setelah ibunya meninggal, sang ibu memberikan wasiat yang isinya semua harta diberikan kepada Laras. Lalu Laras pergi ke kamar ibunya dan menemukan kotak kayu yang berisi rahasia dan kenangan yang tidak diketahui oleh Laras. Setelah mengetahuinya hati Laras hancur berkeping-keping.
Moral yang terdapat dalam cerpen tersebut adalah hormatilah dan jangan pernah membenci orang tua, walaupun seburuk apapun akan tetap menjadi orang tuamu. Karena sesungguhnya orang tua lebih menyayangi anaknya daripada dirinya sendiri, orang tua berjuang mati-matian demi anaknya.
  1. SARANA CERITA
1.      Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan cara pengarang untuk menguraikan dan mengekspresikan sebuah cerita sehingga dapat menghasilkan gambaran tertentu. Sedangkan menurut Leech dan Short : 1981, Gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu oleh orang tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Ada beberapa gaya bahasa yang digunakan, diantaranya adalah :
·         Hiperbola
·         Asosiasi atau perumpamaan
·         Metafora
·         Personifikasi
·         Ironi atau sindiran halus
·         Sinisme
·         Sarkasme
Pada cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari. Ada beberapa gaya bahasa yang digunakan diantaranya adalah gaya bahasa sinisme. Sinisme adalah sebuah sindiran yang sedikit kasar dan disampaikan langsung kepada orang yang di sindir. Gaya bahasa ini terdapat pada kalimat “Bahkan kabar perceraianmu saja, ibu harus tahu dari tante wati. Kau anggap ibu apa, nak? Orang lain?”. Kalimat tersebut merupakan sindiran yang langsung diucapkan oleh sang ibu kepada Laras.
Dan juga terdapat gaya bahasa ironi atau sindiran halus. Ironi menyatakan hal yang menentang dengan maksud yang digunakan untuk menyindir seseorang tetapi dengan cara yang halus. Gaya bahasa ini terdapat pada kalimat  “Ck, air mata buaya. Tak usah kau sesali Bu, memang ini kan yang Ibu harapkan dari Ayah.”
2.      Sudut pandang
Sudut pandang adalah kedudukan atau posisi pengarang dalam suatu cerita. Sedangkan menurut Atar Semi (1988:51) sudut pandang adalah posisi dan penobatan diri seseorang pengarang dalam ceritanya, atau dari mana seorang pengarang melihat peristiwa-peristiwa yang ada dalam sebuah cerita. Adapun jenis-jenis sudut pandang adalah sudut pandang orang pertama, kedua dan ketiga.
Pada cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari ini pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama. Artinya pengarang memposisikan dirinya sebagai tokoh Laras yang ditandai dengan penggunaan kata Aku pada cerpen yang telah di buat. Seperti pada paragraf ke dua “Sejak kematian ibu sebulan lalu, aku jarang sekali menginap di rumah ini.”
3.      Simbol
Simbol merupakan sebuah lambang yang mempunyai makna tertentu. Sedangkan menurut Endraswara (2011:65) simbol adalah tanda yang memiliki hubungan makna dengan yang ditandakan bersifat arbitrer, sesuai dengan konvensi suatu lingkungan sosial tertentu.
      Pada cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari ini terdapat beberapa simbol yang ditulis pengarang, diantaranya yaitu :
a.       Pakaian serba hitam
Simbol ini terdapat pada kalimat “Semua orang dengan pakaian serba hitam berhamburan keluar masuk rumahku.” Simbol pakaian serba hitam ini bermakna pakaian untuk ngelayat saat ada orang meninggal yang menandakan kesedihan atau rasa bela sungkawa, makaian hitam sangat umum untuk di pakai untuk ngelayat atau takziyah.
b.      Karangan bunga duka cita
Simbol ini terdapat pada kalimat “Karangan bunga duka cita kini penuh sesak di halaman dean.” Simbol karangan bunga duka cita ini bermakna ucapan bela sungkawa kepada keluarga yang ditinggalkan sekaligus sebagai penghormatan terakhir yang ditujukan kepada orang yang meninggal.
5.    KESIMPULAN
Setelah melakukan analisis terhadap cerpen yang berjudul “Kotak Kayu dan Kenangan” karya Devi Putri Yulitasari, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.
Fakta cerita meliputi tokoh dan penokohan, alur dan latar. Tokoh dalam cerpen tersebut adalah Laras, Ibu (Sulastri Ningrum), Ayah, Mbok Darmi, Mantan Suami, Suster, Tante Wati dan Renda. Tokoh utamanya adalah Laras. Plot atau alur yang digunakan dalam cerpen ini adalah alur sorot balik (flashback) hal ini dibuktikan dengan adanya penceritaan kembali ketika ibunya tokoh Laras masih hidup, dan plot juga kembali mundur ketika Ayah dan Ibunya masih hidup. Sedangkan latar dalam cerpen ini meliputi latar tempat, waktu, dan suasana. Latar tempat di dalam cerpen ini sebagian besar ada di rumah yang juga meliputi kamar dan halaman rumah. Namun, latar tempat yang lain juga tetap ada seperti rumah sakit dan tempat pemakaman. Latar waktu di cerpen ini adalah sebulan yang lalu, hampir dua minggu, satu tahun semenjak terakhir kali Ibu melihat Laras, dan sehari setelah proses pemakaman Ibu. Latar suasana tema ini diawali dengan suasana tegang atau panas, lalu muncul suasana haru ketika tahu bahwa Laras telah bercerai, fakta bahwa Ibunya bersikap dingin hingga Ayahnya meninggal dan ketika Laras telah mengetahui alasan dari munculnya problema yang ada di keluarnya, serta suasana duka terbangun di cerita ini ketika orang tuanya meninggal. Tema yang dimuat dalam cerpen ini adalah keluarga dan dengan sedikit tema cinta di dalamnya . Sedangkan menurut jenis tema, cerpen ini termasuk pada tema organik. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa sinisme dan ironi. Pada cerpen ini sudut pandang pengarang adalah orang pertama sebagai pelaku utama yang ditandai dengan kata “Aku”. Dan juga terdapat beberapa simbol, diantaranya adalah pakaian serba hitam dan karangan bunga duka cita.

DAFTAR PUSTAKA
·         Aminuddin. 2011. PengantarApresiasiKaryaSastra. Bandung : SinarBaruAlgesindo
·         Nurgiyantoro, Burhan. 2013. TeoriPengkajianFiksi. Yogyakarta : GadjahMada University Pres
·    Pengertian Tema Hakikat Tema https://text-id.123dok.com/document/ky6evw27z-pengertian-tema-hakikat-tema.html [diakses pada 17 Oktober 2019]
·        Inriana.Rus:2011.TokohdanPenokohandalamKajianProsa.http://rhyri3n.blogspot.com/2011/05/tokoh-dan-penokohan-dalam-kajian-prosa.html?m=1[diakses pada 17 Oktober 2019]